internasional

nasional

cerita

Pernikahan is Bullshit


Sudah enam bulan aku bekerja di salah satu perusahaan pembiayaan. Selama itu juga kehidupanku tidak ditemani oleh seorang yang disebut kekasih. Selain mengurusi pekerjaan di perusahaan karena tanggungjawab sebagai karyawan, aku juga banyak melakukan bisnis kecil-kecilan diluar stautsku sebagai karyawan.
Aktivitasku memungkinkan atau lebih tepatnya menuntuk jangkauan relasi yang luas, baik dari segi melayani ataupun dilayani. Seiring dengan itu, aku mendapat banyak pandangan tentang “nikah” dari kawan-kawanku yang sudah menyatakan sikap secara resmi melepas masa lajangnya dan yang belum.
Di negaraku, pernikahan diyakini sebagai sebuah hubungan yang tidak lepas dari kehidupan setiap individu. “Siapa yang tidak ingin menikah? Setiap orang ingin menikah, memiliki keluarga dan hidup bersama pasangan kelak.” Mungkin seperti itu. Bahkan sebagian orang meyakini bahwa pernikahan adalah bagian dari ibadah menurut ajaran tertentu. Dalam bagian ini, aktivitas patriarki terasa sangat kental. Paling tidak, menurutku begitu…
Dalam keyakinan ini, pasangan atau istri diwajibkan patuh terhadap pemimpinnya yaitu suami. Suamilah yang akan mengarahkan jalan keluarga. Ini terdengar ( sedikit) egois, tapi begitulah keadaanya.
Tapi bagiku, sekarang itu bukanlah hal yang perlu dipikirkan terlalu dalam. Yang lebih penting adalah ternyata aku masih mempunyai kawan-kawan yang mau berbagi. Walaupun disibukkan dengan aktivitas masing-masing, tapi ada saja cerita setiap kali bejumpa. Sedikit cerita dan nasehat dari kawan cukup untuk membantu mendewasakan karakter.