internasional

nasional

cerita

Semangat yang harus disambut kaum gerakan dalam menetapkan langkah perlawannya.

Dari satu kematian ke kematian berikutnya,
Sebuah dunia baru ditemukan tanpa dasar kebencian….
Tidak ada perang suci di Amerika, juga tidak di antara bangsa-bangsa Amerika
Hasil dari peperangan di dalam sejarah yang berupa undang-undang, pertikaian, pembebasan, kekacauan, dan kehidupan, sesungguhnya tidak lebih dari suatu siksaaan belaka.
(Simon Bolivar)

Dengan samar-samar, kita mungkin masih menginggat saat-saat revolusioner dalam sejarah gerakan di Indonesia. Ya, proses kejatuhan soeharto. Aksi-aksi mahasiswa dan rakyat dibeberapa tempat sampai dapat menguasai instansi-instansi pemerintah. Hampir disemua kota terjadi radikalisasi, Jakarta, Surabaya, yogja, dll. Bahkan jika masih ingat ingat, sejak tanggal 19-21 mei, ribuan mahasiswa di Jakarta sudah menguasai gedung DPR/MPR. Dalam waktu kurun ini pula bermunculan ratusan komite mahasiswa yang tersebar di berbagai kota. Bahkan, komite-komite ini pula yang  mampu menggerakan ribuan orang untuk terlibat dalam aksi-aksi menuntut perubahan.
Namun setelah berhasil menggerser soeharto, secara kualitas dan kuantitas gerakan menjadi menurun. Dan kembali bangkit mendekati sidang istimewa MPR, di pertengahan November. Aksi besar pun terjadi di jakarta pada tanggal 13-14 november dengan melibatkan sekitar saju juta orang berkumpul di depan kampus admajya, Jakarta, yang akan melakukan rally ke gedung DPR/MPR sampai kemudian peristiwa itu disebut tragedi semanggi.

Belajar Membentuk Budaya Ilmiah dan Demokratis Demi Pemahaman Kehidupan Bermasyarakat Yang Lebih Maju dan Berlawan

Masalah yang sudah berabad-abad menyibukan pikiran manusia adalah tentang, apa yang menentukan sifat dari suatu system masyarakat? Bagaimana manusia berkembang?, Apakah rakyat yang sudah turun temurun hidup melarat dan sengsara dapat memperbaiki nasibnya?, Apakah kebebasan dan kemakmuran dapat dicapai oleh semua manusia ataukah hanya untuk segolongan kecil orang saja?, Apakah miskin dan kaya itu takdir?, atau Apakah dapat kemiskinan dilenyapkan?.
Abad demi abad berlalu, sudah banyak pemikir-pemikir yang mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, namun bersamaan dengan itu bermacam-macam teori dan konsepsi terbantah sama sekali, bukan saja disebabkan oleh kritik dari pemikir yang lain tetapi juga oleh kritik waktu, ataupun oleh seluruh perkembangan sejarah itu sendiri.

Memang jalan untuk mencapai pengetahuan manusia mengenai sebab-sebab perkembangan sejarah masyarakat sangat sulit dan berliku-liku, karena berbeda dengan kejadian-kejadian dalam alam, peristiwa-peristiwa yang dialami masyarakat lebih sulit diobservasi dan dianalisa. Kekuatan-kekuatan dalam alam bersifat spontan dan tidak berkenaan dengan seseorang sedangkan dalam masyarakat kita menghadapi beraneka ragam orang yang memiliki motif-motif tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, namun untuk menyelidiki manusia tidaklah cukup hanya dengan menyelidiki motif seseorang saja ketika bertindak dalam mencapai tujuan tertentu karena hal ini tidak akan membawa kita kepada pengertian sesungguhnya tentang perkembangan masyarakat, tetapi lebih jauh dari itu kita juga harus bertanya motif tersebut  dipunyai seseorang dan sementara orang lain memiliki motif yang berbeda?,  lagi pula tindakan orang-orang yang memiliki motif yang berbeda-beda tersebut akan saling berbentrokan satu sama lain sehingga menimbulkan peristiwa sejarah.

Kenali Tiga Setan


kenalilah tiga setan
setan penindas rakyat
kenalilah tiga setan
setan setan penghisap rakyat

 yang pertama KAPITALISME
 kemakmuran milik segelintir orang
 yang kedua MILITERISME
 bersenjata siap mengamankan modal
 yang ketiga SISA FEODAL
 watak kolot memasung demokrasi

Cerita Lama yang Masih Berguna

Bangsa Indonesia, yaitu rakyat Indonesia, merebut kemerdekaannya lewat revolusi. Dengan revolusi saya tidak hanya bicarakan engkat bambu rucing dan senapan selama 1945-49 melawan tentara kolonial Belanda yang mendarat kembali di bumi Indonesia. Tidak, revolusi jauh lebih daripada senjata dan tembakannya. Revolusi adalah perjuangan yang mencakup berbagai cara berjuang dan sebuah perjuangan yang dahsyat dalam kreativitasnya. Revolusi Indonesia mulai pada awal abad 20.
Persis kapan itu mulai?


Bukan Untuk Pertama Kali

Bangsa Indonesia, yaitu rakyat Indonesia, merebut kemerdekaannya lewat revolusi. Dengan revolusi saya tidak hanya bicarakan engkat bambu rucing dan senapan selama 1945-49 melawan tentara kolonial Belanda yang mendarat kembali di bumi Indonesia. Tidak, revolusi jauh lebih daripada senjata dan tembakannya. Revolusi adalah perjuangan yang mencakup berbagai cara berjuang dan sebuah perjuangan yang dahsyat dalam kreativitasnya. Revolusi Indonesia mulai pada awal abad 20.
Persis kapan itu mulai?


Situasi Perburuhan ; Menghadang Sistem Kerja Fleksibel

Penerapan model kerja outsourcing atau penyaluran tenga kerja dari pihak ketiga (the third suplayer) merupakan salah satu bentuk dari system kerja fleksibel yang tentu saja sangat merugikan bagi buruh. Hal tersebut dikarenakan oleh semkain tidak jelasnya jaminan kerja buruh dalam sebuah perusahaan. Outsourcing misalnya, buruh tak ubahnya komodity (barang dagangan) yang diperjual belikan kapan dan dimana saja. Landasan pemikiran dari model kerja seperti adalah, agar mampu membuka kesempatan kerja yang lebih merata serta menjadi jejaring yang dapat melakukan filterisasi terhadap tenaga kerja yang berkualitas.

Lawan Budaya Opportunis


“Kalau mati harus dengan berani, kalau hidup juga harus dengan berani, jika keberanian itu tidak ada, itu sebabnya semua bangsa bisa jajah kita” (Pramoedya Ananta Toer)

Seni budaya buruh yang maju adalah atau haruslah tinggi teknik, tinggi estetika, tinggi politik. Benar bahwa estetik (nuansa keindahan) adalah menjadi hal yang universal dalam setiap manusia. Setiap manusia mangungkapkan apa yang dialami dan dirasakan dalam bentuk-bentuk simbol-simbol dan ungkapan-ungkapan (tulisan, gambar, kata-kata, tindakan, dll).
    Tapi bukan berarti setiap ekspresi seni dan budaya itu berdiri sendiri/netral, karena semua hal itu tidak mungkin lapas dari posisi sosialnya. Jadi mengapa harus dipertanyakan atau diperdebatkan, karna hal ini justru harus berangkat dari perbedaan ekspresi tersebut. Tentu kita tidak ingin ungkapan seni dan budaya itu dangkal, mengilusi, bahkan menutup-nutupi realitas yang ada, karena seni dan budaya haruslah ilmiah, demokratis dan mengungkapkan kebenaran.
    Maka dari itu, jika seni dan budaya hadir pada saat ruang penindasaan itu terjadi (realitas) maka seni dan budaya haruslah berkarakter (aktifitas) yaitu Budaya Pembebasaan atau Perlawanan.
    Penetrasi kekuatan modal yang datang merasuk kesemua system saat ini (Budaya, politik, ekonomi, hukum, dl). Bahkan pembungkaman pemikiran atau ide-ide yang beraliran kiri, menyebabkan Budaya Revolusioner menjadi terkesan sesuatu hal yang tampak tidaknyata dalam perwujudanya. Bahkan kapitalisme telah menciptakan produk budayanya sendiri sesuai dengan logika modal mereka. Sebagai contohnyata adalah konsumsi yang tidak sesuai dengan nilai guna menjadi indicator keberhasilan dari doktrin budaya kapitalisme, bahkan parahnya instintusi agama sekalipun dijadikan fungsi legalisasi bagi penindasan mereka.
    Buruh harus memiliki cita-cita, sudah cukup pelajaran dari sejarah Indonesia tentang “Watak mudah menyerah”. Membangun watak kemandirian, tidak anti kontradiksi. Dalam hal ini Oportunisme telah menjelma menjadi musuh yang lain yang terbentuk karena budaya, maka sudah sewajarnyalah hal ini dalam lapangan budaya (lawan watak oportunisme) juga harus menjadi titik tekan serangan gerakan revolusioner.
    Maka pengupayaan propaganda budaya pembebasan atau budaya perlawanan itu harus diluar dari syarat-syarat kapitalime, artinya dengan kata lain harus memiliki watak Non-Kooptasi dan Non-kooprasi – dalam artian tidak Oportunis.
Mari kawan-kawan Buruh, Budaya kita adalah budaya perlawanan…
sudah cukup di telikung oleh elit-elit itu…
budaya yang maju menunggu kita…

Potret Industri Kaltim ; Industri Lokal yang Keropos!!!


Potensi kekayaan alam yang dimiliki kaltim, diatas kertas seharusnya mampu menopang pertumbuhan industry diberbagai bidang. Namun fakta yang terjadi dilapangan, hanya industry tambang, minyak dan gas-lah yang cenderung mendominasi pertumbuhan industry yang ada. Sementara sector industry lain, seperti manufaktur, agro-industri, perkebunan hingga perkayuan, berjalan tertatih-tatih tanpa adanya keseriusan pemerintah untuk mengelolanya dengan baik. Salah satu sector industri yang sempat menjadi primadona di Kalimantan timur adalah perkayuan. Hal ini dilator belakangi oleh luas wilayah kaltim yang 60 % merupakan wilayah hutan, yang tentunya memiliki syarat sebagai suplay bahan baku utama bagi industri perkayuan. Namun pada kenyataannya, industry perkayuan kaltim terus merosot, bahkan mendekati kehancuran yang diakibatkan oleh semakin menurunnya tingkat produksi serta kian berkurangnnya bahan baku. Hingga akhir tahun 2005, Kaltim memiliki jumlah unit usaha pada sector industry perkayuan sebanyak 13.564 buah. Dari total jumlah unit usaha tersebut, mampu menyerap tenaga kerja sebesar 115.603 orang. Sementara total investasi yang untuk sector industry perkayuan ini mencapai Rp. 6,4 triliun pertahunnya[1]. Total industri kayu lapis (plywood) yang ada di kaltim, sebanyak 23 unit dengan kapasitas produksi per tahunnya mencapai 1,8 juta meter kubik. Sedangkan untuk industri sawmill sebanyak terdapat 124 unit dengan kapasitas produksi 2,02 juta meter kubik. Sedangkan untuk usaha moulding terdapat 30 unit dengan kapasitas produksi 355,15 ribu meter kubik. Sementara jenis usaha MDF (papan berkerapatan sedang) terdapat 2 unit dengan kapasitas 200 ribu meter kubik. Terakhir, untuk industri bubur kertas (pulp) ada 1 unit dengan kapasitas 525 ribu metrik ton[2].

Sebuah Nama

Ketika aku mencoba menuliskan beberapa bait kata tentangmu, ada banyak sekali jeda dalam detik-detiknya. seakan-akan memang otakku masih tak mampu menerjemahkannya. Walau mungkin benar aku belum bisa menterjemahkannya, atau kau.

Entah sudah detik kesekian juta berapa ketika terakhir kali kita saling bertatap wajah, atau saling memandang mata, aku bahkan tidak bisa mengingatnya. Hanya saja terakhir kita bertemu tidak lagi ada sapa sapa yang seperti itu.

Bagaimana kabar masa lalu? entah siapa diantara kita yang akan membicarakan ini lebih dulu. Mungkin saja kau, atau... siapa tau aku? Jika aku, maka antara lelah atau tidak aku terus mencoba menyibak tentang masa lalu, sebelum ada pelaminan yang kau buat megah.