
Pages
▼
Monday, May 27, 2013
Cinta, ketakutan, kemarahan, serta penghargaan dan menghormatan atas diri sendiri

Sunday, May 5, 2013
Sedikit Tentang Propaganda
Teknik tertua propaganda
Dalam praktek propaganda ditemukan ratusan metode untuk menyebarluaskan ide-ide dan pikiran yang dikontrol oleh propagandis, tetapi pada akhirnya semua teknik itu secara kasar dapat digolongkan menjadi beberapa kategori yang tumpang-tindih. Berikut dikemukakan beberapa teknik utama (sekurang-kurangnya dirumuskan dalam Propagande Fide), yaitu:
Takut nama baik tercemar
Setiap orang selalu takut jika namanya menjadi buruk, perasaan takut ini tercermin dalam pepatah yang benar di Eropa “kejahatan terburuk adalah lebih baik daripada nama yang buruk”. Jadi benar semua orang takut pada fear of bad name, karena itu menciptakan ketidakamanan dan ketakutan (Insecurity, fear). Para perancang propagandis sendiri sering memanipulasi perasaan takut ini lalu menggunakan kata-kata yang tidak menyenangkan untuk membangkitkan rasa takut, benci, atau ketidaksetujuan terhadap sesuatu pesan yang ditawarkan.
Cukup dengan menghapus Ujian Nasional? (oleh : Arie Lamondjong*)
Ketika mendengar kata “UN”, pikiran kita akan melayang membayangkan
pengalaman melewati masa-masa kritis penghujung sekolah, setumpuk buku,
les tambahan yang cukup merogoh kantong orang tua. Ujian Nasional
menjadi momok menakutkan akhir-akhir ini. Seakan-akan Ujian Nasional lah
penentu masa depan para siswa. Setiap tahun kata “tidak lulus” yang
tertera di amplop saat pengumuman kelulusan dapat membuat siswa depresi
hingga menelan korban bunuh diri.
Tidak hanya siswa yang menanggung beban psikologis, tetapi
orang tua para siswa ikut menanggung perasaan malu di masyarakat. Di
tambah lagi reputasi sekolah akan di nilai buruk ketika memiliki tingkat
ketidaklulusan yang tinggi. Hal ini memancing para guru untuk
melakukan kecurangan saat ujian nasional. Ujian Nasional tak ubahnya
seperti monster tangguh yang dilawan dengan konspirasi siswa-guru.
Alangkah gawatnya negeri ini, generasi muda di pupuk nilai-nilai korup
dan menghancurkan budaya jujur dan sportivitas. Pada akhirnya Ujian
Nasional menjadi ajang kecurangan “yang mahal” dari tingkat elit hingga
tingkat bawah.
Thursday, May 2, 2013
Surat Tentang Kebebasan

Beberapa bulan terakhir ini, pandanganku tertuju pada kata kebebasan. Dahulu aku merasa sangat paham kata itu. Seperti burung yang paham akan arti sayapnya. Kira-kira begitu pemahamanku.
Kata penuh arti yang diidam-idamkan banyak orang. Kata itu termasuk istimewa karena tercatat dalam kamus maupun kitab.
Semakin sering kata itu dipikirkan. Semakin membuat hasrat mendidih. Entah akan meluap dan mengering, dan atau malah menjadi sumber kekuatan tanpa batas. Ku kira, tidak ada orang yang dapat memprediksi itu dengan akurat.
Goodbye day. Hanya kata ini saja yang berharga. Namun bukan untukku.
Melainkan untukmu.