internasional

nasional

cerita

Liputan Konferensi Marxis di Australia

Oleh: Harianto(*)
Konferensi Marxisme 2013 yang diselenggarakan Socialist Alternative (SA) merupakan konferensi tahunan kaum sosialis dan aktivis serikat buruh di Australia dengan partisipasi aktivis-aktivis pergerakan dari berbagai negara lainnya. Konferensi yang kali ini didukung RSP (Partai Sosialis Revolusioner), Socialist Alliance (Aliansi Sosialis), serta koran mingguan Green Left (Kiri Hijau), merupakan kali terbesar dengan partisipasi lebih dari 30 pembicara dan jumlah peserta mencapai 1.140 orang. Selama empat hari para peserta konferensi disuguhi lebih dari enam puluh sesi yang terbagi ke dalam berbagai kategori mulai dari pengantar marxisme, filsafat marxis, ekonomi marxis, mengorganisasi kelas pekerja, isu dan kontroversi, partai radikal, perlawanan revolusioner, revolusi rusia, pendidikan dan kapitalisme, sejarah radikalisme di Australia, penindasan yang dialami kaum perempuan dan LGBTI (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Interseks), dan sebagainya. Tidak hanya itu, Konferensi Marxisme 2013 juga dilengkapi dengan dua pementasan seni (pembacaan puisi Vladimir Mayakovsky dan pementasan monolog Marx in Soho) serta program sekolah radikal untuk anak-anak bernama School of Rebellion.

Lokalisasi

Perkembangan zaman dewasa ini, telah merubah standarisasi kehidupan manusia. Kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi menyebabkan kesulitan beradaptasi dan menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan konflik-konflik, baik yang terbuka dan eksternal sifatnya, maupun yang tersembunyi dan internal dalam batin sendiri, sehingga banyak orang mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum atau berbuat semau sendiri demi kepentingan pribadi. Adat istiadat dan kebudayaan mempunyai nilai pengontrol dan nilai sanksional terhadap tingkah laku anggota masyarakat. Sehingga tingkah laku yang dianggap tidak cocok melanggar norma dan adat-istiadat atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum dianggap sebagai masalah sosial (Kartono, 1999:2).