internasional

nasional

cerita

Cinta, ketakutan, kemarahan, serta penghargaan dan menghormatan atas diri sendiri




Huy guys, tahukah kalian bahwa cinta yang dibuthkan seseorang datang dalam wujud penghormatan. Jika ada orang lain yang menghormati kita, maka kita akan merasa dapat mengormati diri kita karena kita mentrasnformasi rasa hormat yang diberikan menjadi kecintaan terhadap diri.sadar atau tidak, sebenarnya setiap orang membutuhkan ini disuatu tempat. Bila ia tidak menemukannya pada diri sendiri, maka ia akan mencarinya pada diri orang lain.

Sedikit Tentang Propaganda


Teknik tertua propaganda

Dalam praktek propaganda ditemukan ratusan metode untuk menyebarluaskan ide-ide dan pikiran yang dikontrol oleh propagandis, tetapi pada akhirnya semua teknik itu secara kasar dapat digolongkan menjadi beberapa kategori yang tumpang-tindih. Berikut dikemukakan beberapa teknik utama (sekurang-kurangnya dirumuskan dalam Propagande Fide), yaitu:

Takut nama baik tercemar

Setiap orang selalu takut jika namanya menjadi buruk, perasaan takut ini tercermin dalam pepatah yang benar di Eropa “kejahatan terburuk adalah lebih baik daripada nama yang buruk”. Jadi benar semua orang takut pada fear of bad name, karena itu menciptakan ketidakamanan dan ketakutan (Insecurity, fear). Para perancang propagandis sendiri sering memanipulasi perasaan takut ini lalu menggunakan kata-kata yang tidak menyenangkan untuk membangkitkan rasa takut, benci, atau ketidaksetujuan terhadap sesuatu pesan yang ditawarkan.

Cukup dengan menghapus Ujian Nasional? (oleh : Arie Lamondjong*)

         Ketika mendengar kata “UN”, pikiran kita akan melayang membayangkan pengalaman melewati masa-masa kritis penghujung sekolah, setumpuk buku, les tambahan yang cukup merogoh kantong orang tua. Ujian Nasional menjadi momok menakutkan akhir-akhir ini. Seakan-akan Ujian Nasional lah penentu masa depan para siswa. Setiap tahun kata “tidak lulus” yang tertera di amplop saat pengumuman kelulusan dapat membuat siswa depresi hingga menelan korban bunuh diri.

         Tidak hanya siswa yang menanggung beban psikologis, tetapi orang tua para siswa ikut menanggung perasaan malu di masyarakat. Di tambah lagi reputasi sekolah akan di nilai buruk ketika memiliki tingkat ketidaklulusan yang tinggi. Hal ini memancing  para guru untuk melakukan kecurangan saat ujian nasional. Ujian Nasional tak ubahnya seperti monster tangguh yang dilawan dengan konspirasi siswa-guru. Alangkah gawatnya negeri ini, generasi muda di pupuk nilai-nilai korup dan menghancurkan budaya jujur dan  sportivitas. Pada akhirnya Ujian Nasional menjadi ajang kecurangan  “yang mahal” dari tingkat elit hingga tingkat bawah.

Surat Tentang Kebebasan


Beberapa bulan terakhir ini, pandanganku tertuju pada kata kebebasan. Dahulu aku merasa sangat paham kata itu. Seperti burung yang paham akan arti sayapnya. Kira-kira begitu pemahamanku.
Kata penuh arti yang diidam-idamkan banyak orang. Kata itu termasuk istimewa karena tercatat dalam kamus maupun kitab.
Semakin sering kata itu dipikirkan. Semakin membuat hasrat mendidih. Entah akan meluap dan mengering, dan atau malah menjadi sumber kekuatan tanpa batas. Ku kira, tidak ada orang yang dapat memprediksi itu dengan akurat.
Goodbye day. Hanya kata ini saja yang berharga. Namun bukan untukku.

Melainkan untukmu.