Politik Rakyat Miskin Dalam Bidang Kesehatan (contoh di jakarta)

Tak ada yang meragukan lagi bahwa kesehatan bukanlah barang murah yang
dapat di beli dan nikmati oleh seluruh rakyat di negeri ini. Kita sudah
muak mendengar berita media tanah air yang menyiarkan: seorang ibu nekat
kabur dari rumah sakit setelah melahirkan karena tak memiliki biaya;
seorang pria nekat menjadi pencopet karena terpaksa tak punya uang untuk
membiayai istrinya yang dioperasi; tak mampu obati tumor anak, seorang
ibu terpaksa menjadi pengemis di jalan untuk mengumpulkan uang, dan lain
sebagainya.
Bagi rakyat kecil, di saat sehat harus berhadapan
dengan mahalnya harga-harga kebutuhan pokok; pendidikan; sewa rumah;
dan bayar listrik. Kemudian dikala tidak sehat, alias sakit, harus
berhadapan dengan harga obat yang mahal, ongkos rumah sakit yang juga
tidak sedikit, dan bisa-bisa malah jadi korban mal praktik dokter—karena
orang miskin biasanya ditangani secara sembarangan. Sembuh tidak sembuh
jika orang miskin jatuh sakit yang tersisa hanyalah kebangkrutan.
Urusan penyakit dan penanganannya sudah seperti lingkaran setan bagi
kaum miskin. Kemiskinan menjadikan mereka begitu dekat dengan sumber
penyakit. Namun dewasa ini penyakit tidak melulu karena perilaku hidup
yang jorok. Ledakan industri makanan, misalnya, ikut menceburkan
masyarakat ke dalam kubangan penyakit berbahaya.
Politik Kesehatan ala Pemerintahan SBY-Budiono.
Pada saat pemilu, Presiden selalu bergembar-gembor akan memperbaiki
pelayanan kesehatan bagi rakyat, rakyat akan mendapat kemudahan dalam
pelayanan kesehatan. Kini janji tersebut tinggal janji. Betapa tidak,
setiap minggu kami masih saja menerima pengaduan dari warga miskin yang
menjadi anggota agar dibantu mendapatkan pelayanan kesehatan gratis.
Pemerintah selalu berkelit dengan keterbatasan anggaran ketika didesak
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Karena dana cekak
pula pemerintah belum berhasil membuat pintar rakyat sehingga mereka
bisa menghindari penyakit dan rumah sakit. Tapi kita tidak percaya
begitu saja, coba anda banyangkan andai Pemerintah SBY-Budiono mau
menggunakan cicilan hutang luar negeri, hasil keuntungan industri
pertambangan dan harta koruptor untuk membiayai pembangunan dalam bidang
kesehatan, berapa juta rakyat yang dapat di selamatkan dari aneka macam
bahaya penyakit dan kekurangan gizi ?
Puskesmas yang
semestinya bisa menyehatkan banyak rakyat penampilannya belum berperan
secara optimal. Selama ini fungsi puskesmas baru sebatas pusat pelayanan
kesehatan, dan belum berfungsi sebagai pusat pendidikkan dan pelatihan
bagi penduduk setempat dalam mengenal cara hidup sehat. Tak heran,
ketika wabah penyakit menjalar, pemerintah seringkali gagal untuk
bergerak lebih cepat mengantisipasinya.
Dari pengamatan
lapangan, kami masih menemui berbagai hambatan yang dilakukan oleh
birokrasi pemerintahan tingkat Rt-Rw-Kelurahan (tidak mau memberikan
surat keterangan tidak mampu), dan banyak dari mereka yang belum
mengetahui kebijakan pemerintah tentang layanan kesehatan gratis bagi
rumah tangga miskin. Dan masih juga ada pegawai kesehatan seperti
pegawai puskesmas, jajaran Rumah Sakit, jajaran dinas kesehatan DKI,
yang dengan sadar sering mempersulit rakyat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan. Misalnya, rakyat miskin yang mau mendapatkan layanan gratis
di RS harus memiliki prosedur yang lengkap (memiliki GAKIN/ ASKESKIN/
SKTM. Padahal mereka tak memiliki kartu tersebut karena tak dicatat
sebagai rakyat miskin oleh BPS atau oleh pejabat pemerintahan ditingkat
lokal), dan terkadang ada di antara mereka yang melakukan pungutan liar
terhadap rakyat yang sedang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Tidak cuma itu, lewat tekanan IMF dan Bank Dunia melalui proyek
utangnya, saat ini pemerintahan SBY-Budiono telah mengizinkan pihak swasta
memiliki sebagian saham Rumah Sakit atau Perusahaan Obat (industri
Farmasi) milik negara, juga pemerintahan SBY-Budiono tidak sungguh-sungguh
menyediakan sekolah/universitas yang dapat melahirkan dokter-dokter
berjiwa sosial. Tak heran jika setiap kali kerumah sakit, apa yang
terlebih dahulu di periksa oleh si dokter adalah seberapa besar harta
yang di miliki pasien, bukan jenis penyakit yang sedang diderita.
Keadaan tersebut di atas tentu tidak terjadi begitu saja. Ini terjadi
dikarenakan politik kesehatan ala SBY-Budiono memang tidak sungguh-sungguh
mau membela rakyat miskin. Bukannya tidak mungkin bahwa pemerintahan
SBY-Budiono mengetahui masalah-masalah di atas. Pemerintah SBY-Budiono,
lewat jajaran Menteri kesehatan, seharusnya tanggap atas berbagai
kesulitan di atas. Politik kesehatan ala pemerintah SBY-Budiono telah
merubah layanan kesehatan sebagai barang sosial menjadi barang dagangan
para kapitalis (penguasa duit) dalam maupun luar negeri. Akibatnya
rakyat miskin terus menjadi korban.
Politik Kesehatan ala Rakyat Miskin
Selama ini orang miskin selalu menjadi korban sistem pelayanan
kesehatan yang buruk. Orang miskin tidak pernah mendapat layanan
kesehatan yang maksimal sementara orang-orang berduit dengan mudahnya
menikmati fasilitas pengobatan yang terbaik di rumah sakit internasional
dengan fasilitas bak hotel berbintang.
Sebagai manusia,
rakyat miskin sudah sepantasnya menerima layanan kesehatan yang layak.
Semua menginginkan keadaan hidup yang sehat. Kesehatan harus dipandang
oleh pemerintah sebagai suatu “investasi”--karena bila rakyatnya sehat
maka rakyatnya akan hidup produktif, bahagia, dan sejahtera. Melalui
investasi kesehatan peningkatan produktifitas kerja seseorang dapat
ditingkatkan, meningkatkan pendapatan dan tingkat pendidikannya,
menurunkan angka kematian serta akhirnya menurunkan kemiskinan.
Kesehatan merupakan hak dasar yang sudah selayaknya menjadi kewajiban
pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Banyak yang telah diupayakan dalam perjuangan agar warga miskin di negeri ini—terutama yang berada di
wilayah Jakarta—dapat dengan mudah menikmati pelayanan kesehatan
seperti (tindakan rawat inap, operasi, obat dan pemeriksaan puskesmas).
Upaya ini kami lakukan dengan melakukan demonstrasi menuntut tanggung
jawab pemerintah, mengelar dialog publik keliling dengan menghadirkan
pegiat kesehatan sebagai nara sumber, bertemakan layanan kesehatan
gratis tanggung jawab negara, di empat kecamatan (Kec. Kebon Jeruk, Kec
Cengkareng Jakbar, Kec. Cilincing Jakut, dan Kec. Pulogadung Jaktim),
hingga melakukan pendampingan dan pembelaan terhadap anggota untuk
mendapatkan layanan kesehatan gratis ke rumah sakit.
Namun
demikian, dari upaya perjuangan yang telah dilakukan, hingga kini
pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin masih-lah belum optimal alias
memuaskan. Padahal, sudah menjadi amanah konstitusi dalam UUD 45, juga
dalam Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia 1948, bahwa pemenuhan
layanan kesehatan agar rakyat terhindar dari aneka rupa bahaya penyakit
dan kekurangan gizi adalah tugas negara. Pelanggaran atas pemenuhan hak
kesehatan adalah pelanggaran HAM berat. Inilah waktunya bagi rakyat
miskin untuk meneriakan hak-haknya. Saatnya bagi rakyat miskin untuk
aktif berjuang menggugat tanggung jawab pemerintah SBY–Bodiono. Rakyat
tidak boleh diam, apalagi takut melakukan protes atas kesulitan dalam
bidang kesehatan. Rakyat harus bangkit berjuang menggugat tanggung jawab
negara. Dan perjuangan rakyat dalam bidang kesehatan memiliki dua macam
tujuan, diantaranya:
I. Dalam jangka pendek rakyat harus
melakukan perjuangan menuntut berbagai hak dalam bidang kesehatan, yang
mendesak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti meminta
pelayanan kesehatan gratis di puskesmas/rumah sakit, menuntut obat
murah, menuntut pemberian makanan bergizi bagi anak, menuntut penyedian
dokter pribadi untuk setiap rumah tangga miskin, dan lain-lain.
II.
Dalam jangka panjang rakyat harus aktif berjuang merubah semua peraturan
bidang kesehatan, yang selama ini selalu mempersulit rakyat miskin.
Misalnya merubah peraturan tentang anggaran kesehatan, supaya
diperbesar. Merubah peraturan yang membolehkan dikelolanya perusahaan
obat dan rumah sakit milik negara oleh pihak swasta, agar kembali
dikelola oleh negara. Merubah peraturan tentang pelayanan kesehatan bagi
rumah tangga miskin, seperti GAKIN, ASKESKIN dan SKTM agar mudah
didapatkan oleh rakyat miskin.
Rakyat tidak akan mendapat
hak-haknya bila tidak melancarkan perjuangan. Juga upaya perjuangan
tidak akan menghasilkan apa-apa, bila tidak memiliki kekuatan yang dapat
mempengaruhi pemerintah. Kalau begitu apa yang harus dikerjakan agar
rakyat memiliki kekuatan? Ya. Rakyat harus menggalang kekompakan dan
persatuan. Ajak semua rakyat agar mau bersatu dalam wadah perjuangan.
Dan salah satu cara yang baik agar pemerintah mau memenuhi keinginan
rakyatnya adalah: RAKYAT HARUS BERDEMONSTRASI DENGAN MASSA YANG BESAR
UNTUK MEMAKSA PEMERINTAH MEMENUHI TUNTUTAN RAKYAT. Jika penguasa maupun
partai politik termasuk pemerintahan SBY-Budiono, DPR/MPR, DPRD/ PEMDA
beserta seluruh jajarannya tak ada yang mau secara sungguh-sungguh
membela kehidupan rakyat dalam bidang kesehatan, maka rakyat sendiri
yang harus berkuasa atas roda pemerintahan dinegeri ini.
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
ReplyDeleteKaos Dakwah Terbaru
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Mungkin Kau Sering Lupa Kebaikan Istrimu