Cinta, ketakutan, kemarahan, serta penghargaan dan menghormatan atas diri sendiri

Huy guys, tahukah kalian bahwa cinta yang dibuthkan seseorang datang dalam wujud penghormatan. Jika ada orang lain yang menghormati kita, maka kita akan merasa dapat mengormati diri kita karena kita mentrasnformasi rasa hormat yang diberikan menjadi kecintaan terhadap diri.sadar atau tidak, sebenarnya setiap orang membutuhkan ini disuatu tempat. Bila ia tidak menemukannya pada diri sendiri, maka ia akan mencarinya pada diri orang lain.

Ketika seseorang tidak menemukannya dalam dirinya sendiri, sebagian dari emosinya akan mencari penghormatan dari orang lain. Hal ini dikenal dengan istilah ego. Ego adalah suatu proyeksi dari cara seseorang membutuhkan dan menginginkan dunia melihatnya.

Dengan penghargaan diri yang rendah –yang berarti ego yang dominan—, ketika kita mendapat timbal balik yang “baik” dan positif, seseorang akan cendrung merasakan kenyamanan pada dirinya. Dan sebaliknya, jika tidak, ia akan merasa kurang nyaman terhadap dirinya sendiri.

Ketika ada orang lain yang bersikap kurang ajar atau mempermalukan dengan sifatnya yang tidak memiliki rasa hormat. Dalam kondisi seperti ini, apabila ia menetapkan nilai rendah atas penghargaan terhadap dirinya, ia akan membuat pertanyaan atas dirinya sendiri atas penghargaan yang telah dinilainya dan tidak menutup kemungkinana akan menyalakan api kemarahan. Iniah menghapa seseorang yang memiliki penghargaan diri yang rendah akan menjadi sangat sensitive, karena penilaian akan dirinya sendiri unstabile –naik turun—mengikuti kemampuan untu kembuat orang lain berkesan.

Dan dari situasi itu, ego diri yang berkarakter palsu yang akan d ilukai. Yang artinya, semakin besar dan tinggi penghargaan atas diri sendiri, semakin kecil sakit yang dirasakan ketika seseorang bersifat tidak hormat.

Tahukah kalian, biasanya ketika seseorang marah, ini karena ia –sampai batas tertentu—diselimuti rasa takut. Rasa ini datang dari fakta bahwa ia telah kehilangan kendali atas beberapa aspek kehidupannnya, dari situasi yang dihadapinya, dari pemahaman akan dunianya sendiri, atau mengenai citra akan dirinya. Tak lain yang muncul adalah kemarahan yang merupakan dorongan dari respon impulsive –dorongan hati— yang dapat memercikan api konflik, ataupun perselisihan pendapat, karena seseorang itu mengarahkan api kemarahaanya pada sumber yang dianggap paling bertanggungjawab telah merampas kendalinya.

Apakah kalian tahu, ketiksa seseorang tidak merasa dihormati, ia akan marah karena ini menghalangi pandangannya  untuk melihat dirinya sendiri. Ini akan memotong suplay “nutrisi” yang diperlukan untuk kebutuhan emosional. Bisa jadi ini akan mengacaukan diri untuk merasa memegang kendali. Dorongan terhadap kehilangan kendali ini akan mengaktifkan ego untuk bereaksi mengganti kerugian atas kehilangan kendali itu dalam wujud kemarahan.

Dari itu semua, dapat disimpilkan. Bahwa akar dari semua emosi “negative”, seperti iri, cemburu, dan khususnya kemarahan bersumber pada rasa takut. Dan akar dari rasa takut adalah kurangnya penghargaan atas diri sendiri. Inilah mengapa orang yang mudah marah kurang menaruh nilai yang tinggi untuk menghargai dirinya sendiri