internasional

nasional

cerita

» » » Bincang mahasiswa Hubungan Internasional (uraian ringkas korupsi sistematis dan kritik epistemologi)

Bincang Mahasiswa Hubungan Internasional.
(uraian ringkas korupsi sistematis, kritik epistemologi dan anomali objektifitas pengetahuan)
oleh: Dudi

Bercengkrama ringan dengan seorang Professor HI, saya menanyakan tentang penyelenggara jurusan/prodi HI terbaik dari Universitas mana?
Dengan cepat dia menjawab: Harvard.

Setelah itu saya mengecek langsung dari internet daftar 10 universitas terbaik di dunia untuk studi Hubungan Internasional, dan benar saja, peringkat pertama adalah Harvard, lalu di ikuti nama tenar lainnya seperti: Georgetown University, John Hopkins, Yale, dsb.

Singkatnya, mayoritas universitas dengan peringkat tertinggi berasal dari AS, sebagaimana ungkapan Descartes: awal dari pengetahuan adalah "keraguan", maka sayapun tergelitik untuk meragukan peringkat ini, seraya berkelakar: jika kapasitas intelektual mereka hebat, mengapa output nya melahirkan pemikir-pemikir yang membawa negara AS menjadi negara yang dibenci oleh dunia seperti sekarang?, dengan sikap standar-ganda, eksepsionalisme, gun-boat policy, dan sebagainya.

Menarik untuk mengupas penyebab terjadinya krisis Amerika Serikat pada tahun 2009, selama ini episentrum krisis dianggap berasal dari adanya kredit macet untuk pemilikan rumah (subprime mortgage), akibat dari ketidakmampuan para debitor membayar kredit rumah.Namun analisis itu hanya menyentuh sebab aksidental dari krisis ekonomi, Charles H. Ferguson di film dokumenter inside job mencoba menganalisis dari sisi substansial krisis ekonomi bahwa sebab dasar nya adalah korupsi yang sistematis.

korupsi sistematis AS setidaknya meliputi 3 pelaku utama: pertama adalah swasta yang diwakili industri jasa finansial, antara lain lima bank investasi (Goldman Sachs, Morgan Stanley, Lehman Brothers, Merrill Lynch, dan Bear Stearns), dua konglomerat finansial (Citigroup, JP Morgan Chase), tiga industri asuransi keuangan (AIG, MBIA, AMBAC) dan tiga agensi pemeringkat (Moody’s, Standard & Poors, Fitch).menarik misalnya, agensi pemeringkat AS memberikan penilaian yang tinggi, yaitu AAA atau AA kepada beberapa Bank Investasi seperti Bear Stearns, Fannie Mae & Freddie Mac, Lehman Brothers dan Merill Lynch yang pada akhirnya mengalami kebangkrutan pada tahun 2007-2008. Dan membuat kita bertanya, bagaimana bisa Bank yang mendapatkan rating tinggi bahkan sangat tinggi mengalami kembangkrutan ? Jawabannya sederhana, yaitu kepentingan (uang).Lembaga pemeringkat memberikan nilai yang tinggi kepada bank investasi yang memaketkan hipotek dengan pinjaman dan utang lain menjadi obligasi utang terjamin (CDO), yang mereka jual kepada investor. lembaga pemeringkat memberikan penilaian AAA untuk bank investasi yang mengeluarkan banyak CDO, sehingga jasa lembaga pemeringkat ini terus digunakan dan menambah pendapatan mereka.Padahal sebagian besar CDO di gunakan untuk pembiayaan perumahan yang tak mampu dilunasi oleh debitor, sehingga pertumbuhan CDO menjadi fenomena ekonomi gelembung (bubble), yang mudah pecah dan mengalami krisis.Lantas kita bertanya-tanya, apakah pelaku-pelaku tersebut tidak mengetahui fenomena krisis perumahan yang merembes menjadi krisis ekonomi/finansial tersebut ?

Mereka mengetahui hal itu akan terjadi, tapi mereka membiarkan hal itu terjadi karena mereka tidak mengalami kerugian apa-apa, malah para CEO dari jasa finansial mendapatkan keuntungan yang besar dari ekonomi gelembung tersebut dengan pendapatan yang mencapai ratusan juta dollar. Dan jikapun akhirnya pecah dan menjadi krisis finansial, maka dengan alasan kekacauan ekonomi yang akan bertambah parah dan bisa menciptakan surplus pengangguran yang bakal menganggu sektor ekonomi riil, maka pemerintah AS mengeluarkan kebijakan dana talangan sebesar ratusan milliar dollar untuk jasa finansial yang terancam bangkrut, padahal dana talangan tadi diambil dari pendapatan pajak yang dibebankan kepada rakyat AS.

Bagaimana bisa jika uang pajak rakyat akhirnya hanya diperuntukkan untuk segelintir pihak, sedangkan dampak krisis yang disebabkan oleh segelintir pihak tadi telah merugikan seluruh rakyat AS, terutama rakyat miskin AS yang ternyata tidak mendapat bantuan dan tidak memiliki dampak perbaikan atas dana talangan tadi, karena keadaan ekonomi tetap saja terus memburuk, sedangkan di sisi lain para CEO dan pemilik jasa investasi malah membagikan bonus yang didapat dari dana talangan tadi, sulit untuk tidak mengatakan ini sebagai modus penipuan berjama'ah.Lantas, mengapa Pemerintah AS yang demokratis malah memihak kepentingan segelintir pihak tadi ?. Ali Khamenei pernah menjelaskan bahwa demokrasi yang terjadi di AS bukanlah demokrasi yang dijalankan oleh rakyat dan untuk rakyat, melainkan oleh pemilik modal dan untuk pemilik modal, buktinya hampir semua jajaran penting di bidang ekonomi Pemerintah AS, seperti menteri keuangan dan kepala bank federal AS di isi oleh orang-orang dari maupun yang memliliki relasi dengan kalangan jasa finansial/pemilik modal besar tadi. Dan pemerintahan Bush maupun Obama menerapkan sistem yang sama, karena baik dari kalangan demokrat maupun republik sudah terikat balas jasa atas bantuan dana kampanye dari pemilik modal tadi, seperti ungkapan Voltaire; jika bersangkutan dengan uang, setiap orang masuk kedalam agama yang sama.

Sistem AS yang korup dan materialistis telah menciptakan jurang pemisah yang tajam, dimana 99% kekayaan AS dikuasai oleh 1% rakyatnya, sedangkan 99% rakyat AS berebut untuk 1% kekayaan yang tersisa. Lantas, kenapa rakyat AS tetap diam dan tidak melakukan gerakan merubah keadaan ini ?

Disinilah peranan kalangan intelektual korup itu, Antonio Gramsci menjelaskan perihal intelektual organik, bahwa kalangan intelektual lah yang membentuk kesadaran pengetahuan dan kebiasaan (kultur) masyarakat, kalangan kapitalis (pemilik modal) menggunakan jasa intelektual ini untuk "membius" masyarakat agar tetap mempertahankan sistem yang mendukung para kapitalis terus berjalan. Kembali ke pembahasan awal saya terkait Harvard, di film Inside Job dijelaskan bahwa sebagian besar ahli ekonomi Harvard diam bahkan menganggap keadaan ekonomi AS berjalan dengan normal, dan seolah-olah tidak mampu memprediksi krisis yang akan terjadi, bahkan menganggapnya sebagai sebuah fenomena biasa. Ternyata, hampir kebanyakan jajaran penting di Pemerintahan AS dan industri jasa finansial AS yang besar di isi dari kalangan intelektual tadi, dan jasa mereka sering kali digunakan dengan bayaran yang sangat mahal.Fenomena ini membuat kita memiliki wawasan filosofis untuk mengkiritk basis penilaian kualitas terhadap instansi /orang tertentu, apakah penilaian bisa benar-benar objektif ? Kejadian ini yang saya namakan sebagai "kematian ilmu pengetahuan" bahwa pengetahuan mengalamai dekadensi dengan tidak lagi menjadi instumen menguak kebenaran melainkan meraih kepentingan. Kebenaran ilmu kini, adalah kebenaran "kata nya", kebenaran yang tak lebih seperti dunia gosip, kebenaran "performatif" yang pada prinsipnya benar atau tidak itu relatif, sebab sebenarnya itu soal bagaimana kita meyakinkan, mempengaruhi dan mengubah pendapat orang lain (Bambang Sugiharto: 2013).

Fenomena kontemporer keilmuan yang seperti itu, merupakan petanda dari sebuah "kematian" dan kemerosotan/degenaratif epistemologi, karena ilmu tak lebih menjadi sebuah justifikasi/pembenaran diri (Imre Lakatos: 1989). Pendekatan ilmu yang menggunakan metode untuk dijadikan pisau analisa observasi , hanya semakin mengaburkan "kebenaran". karena, metode sering kali lahir secara tidak ilmiah dan tidak metodis (Feyerabend: 1993), dan para peneliti/scholar hanya menggunakan metode-metode yang sesuai dengan paradigma berfikirnya, yang digunakan bukan karena faktor "keobjektifitasan" melainkan karena faktor psikologis, sosial dan kultural (Thomas Kuhn: 1996). Kondisi ilmu pengetahuan yang semakin degenaratif, dan sekedar menjadi "alat" pembenaran terus menerus (Karl Popper: 1962), pengaruh (Habermas: 1976) dan kepentingan individu atau kelompok tertentu (Morgenthau: 1953), yang oleh John Perkins bahwa ilmu (ekonometri) yang ia pelajari secara canggih hanya bertujuan untuk menipu orang lain dan meraih keuntungan materi sebanyak-banyak nya.

Lalu, masihkah kita silau dengan sistem pendidikan barat, khususnya AS ? Teman saya pernah bilang, Indonesia ini banyak penipu, jika kita sebesar AS, mungkin kita akan menjadi negara penipu terkuat, padahal menurut saya; AS besar karena mereka memang penipu ulung, dan kita seringkali ditipu mereka seolah-olah tidak sedang ditipu, dan itulah ciri penipu yang terhebat. Ibarat ungkapan Nicholas Cage di film Matchstick Men: aku tidak menipu mereka, aku hanya membuat mereka memberikan uang nya kepadaku.

Catatan:

Saya mengambil contoh Harvard dan AS, karena kedua entitas itu adalah role/core model pengetahuan, dan jika role/core model saja mengalami anomali, apalagi yang sekedar menjadi periphery-nya saja, katakanlah epistemologi pengetahuan Indonesia sebagai contoh. Saya menulis "sistem pendidikan barat", bukan "sistem pendidikan negara barat", sehingga yang saya maksudkan sistem pendidikan barat bukanlah sistem yang merujuk geografi/negara tertentu, melainkan tanda untuk menjelaskan sistem pendidikan yang menggunakan dasar pengetahuan barat yang empiris-materialis-atomis, dan sistem itu bisa diterapkan oleh sistem pendidikan di negara mana saja, tak terkecuali Indonesia, dan saya merasa perlu mengkritiknya karena telah memiliki peranan besar dalam menciptakan sistem korupsi tersistematis maupun kelemahan epistemologis sebagaimana yang saya paparkan diatas, ini bagian dekonstruksi pengetahuan, dan dekonstruksi menurut Derrida juga merupakan bentuk membangun (konstruksi) pengetahuan itu sendiri, seperti ungkapan Thomas Bernhard (penulis dari Austria): jika dirimu menyukai sesuatu, kamu akan mengkritiknya.

Akhir kata, saya tidak anti pengetahuan barat atau mazhab manapun, karena pengetahuan itu sebagaimana diungkapkan Nietzsche: harus ngomong apa, aku tidak ingin menjadi seorang peniru, aku tidak ingin jadi contoh untuk ditiru, aku ingin setiap orang menjadi contoh untuk dirinya sendiri. Karena yang saya ketahui, saya bukanlah seorang Marxis (Karl Marx).

About Dodoy Kudeter

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

3 komentar:

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    ReplyDelete
  2. KINI DEWALOTTO MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
    UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU ^-^
    WWW.DEWA-LOTTO.NAME
    WA : +855 88 876 5575

    ReplyDelete
  3. Hanya dengan deposit yang kecil sudah dapat bermain berbagai jenis permainan dan meraih kemenangan yang luar biasa...

    Untuk Pendaftaran Free tanpa dipungut biaya apapun.. Tersedia DEPOSIT VIA PULSA Telkomsel XL, Deposit Via Ovo, Deposit Via Gopay , Deposit Via Alfamart, Indomaret, Dll

    Buruan jangan ditunggu lagi segera daftar dan bermain sesuka hati anda..

    Hubungi Contact Kami Untuk Informasi Lebih Lanjut :
    whatsapp :+6282277104607
    instagram : zeusbola.official




    ReplyDelete