internasional

nasional

cerita

» » Ini Kisahku


Kehidupan di kampung kecil.
Sabtu besok aku berencana ingin singgah di kampung yang pernah menjadi tempat tinggalku selama masa kuliah dulu. Ah, lega rasanya bisa memikirkan rencana liburan setelah tiga tahun bekerja. Sambil berbaring aku mencoba mengingat bayangan sewaktu tinggal di sana, kawan-kawanku, tetangga-tetanggaku, dan tentu saja  salah satu kembang desanya. Memikirkan itu, bibirku jadi cengar-cengir sendiri.
Tak lama, aku pun mulai merasakan otakku mulai bekerja. Seperti ada mesin didalamnya. Mengumpulkan bayangan yang berterbangan dengan urat saraf berbentuk lengan berjari lima menuju satu pusat di dalam otak, setelah terkumpul membawanya lagi masuk ke pusat penceraan bayangan yang didalamnya terdapat susunan gigi yang sudah menunggu untuk mengunyahnya. Setelah hancur, urat sarat yang lain pun mulai bergerak, mengangkat bayangan yang sudah dihaluskan ke sebuah lubang sehingga muncul sebuah memori.
Satu-demi satu bagian memori itu muncul. Perlahan- lahan terangkai secara otomatis membentuk rekaman yang berisi kenangan  masa lalu yang masih terbawa dalam brangkas kecil di dalam otak. Aku pun mulai mengingat kenangan itu.
Waktu itu, suara nyaring music Around the world milik RHCP mengagetkanku. Dinding beton pun menjadi sasaran spontan dari gerak tanganku.
Bangke..bangke..bangke…! aku pun spontan teriak sambil memegang tangan kananku yang baru saja terbentur  dinding yang berdiri kokoh disamping ranjang. Ku perhatikan baik-baik tangan kananku, jika-jika ada yang luka dan untunglah Cuma lecet sedikit. Lalu dengan santai kuraih gadget si samping ranjangku dan mematikan lagu itu.
Itu lagu alarmku. Lagu yang selalu kuggunakan untuk membasmi hama ngantuk yang masih nongrong di dalam otak. Menurutku lagu ini cocok mendapat sebutan itu. Aku suka lagu ini. Lagu ini mengingatkanku tentang harapan. The best pokoknya… Nggak tahu secara kebetulan atau tidak. Lagu ini menjadi terpilih menjadi soundtrack dari salah satu film favoritku juga. Judul filmnya  BECK LIVE ACTION.
Sekarang baru pukul tujuh pagi. Alarm sengaja ku setting akan berdering pukul itu. Ini kulakukan untuk membiasakan diri bangun lebih awal. Selain itu juga menguntunganku agar nggak telat ngantor. Namun kali ini berbeda. Kemaren aku meyerahkan surat pengunduran diriku sebelum pulang kantor kepada pimpinanku. Setelah ngobrol kurang lebih dau puluh menit akhirnya permohonan pengunduran diriku diterima. Dan hari ini aku secara resmi menyandang status pengangguran lagi.


Pagi ini aku berniat bermalas-malasan, meluangkan waktu yang kupunya untuk menyalurkan salah satu hobiku, tidur. Hobi yang kurasa paling nyaman sedunia. Dengan tidur, aku bisa menghilang sesaat dari sandirawa dunia. Mirip menjadi patung yang di pajang di tengah kota, siapapun dapat melihatnya namun tidak ada yang tahu dimana keberadaan jiwanya.
Memikirkan hal itu, aku menunda niatku untuk tidur. Ku ambil laptop klasik yang kupunya, membukanya, dan menggerakan jari-jariku di atas keyboardnya. Sudah 5 tahun lebih laptop ini menemaniku. Namun ada kalanya laptop ini tidak berada di dekatku untuk beberapa bulan.Jika stock lembaran rupiah sudah habis, atau hanya sekedar untuk makan, kadang kala aku menyekolahkan laptopku di pegadaian. Dalam kondisi seperti ini, tidak ada yang bisa kulakukan selain menggadainya. Andai kata laptop punya mulut, mungkin aku sudah dimaki-maki. Brengsek kau dodo..! kau manfaakan aku untuk kepentinganmu sendiri, kurang baik apa aku sama kau..! kira-kira seperti itu dia memakiku.
Namun, aku selalu bangga dengan apa yang ku punya. Termasuk laptop acer 4720z. kata kawan-kawanku acer itu kependekan dari “asli cepat rusak”. Untungnya laptopku nggak bertingkah layaknya yang digosipkan. Tapi mungkin sebentar lagi. Karena semua mahkluk hidup maupun mahkluk nggak hidup pasti punya limitnya sendiri-sendiri.
 Walaupun sudah banyak orang yang menggunakan tablet, aku masih setia menggunakan laptop. Bukan karena nggak sanggup beli, tapi memang karena uangku belum cukup untuk punya tablet. Jika tiba-tiba ada orang yang bertanya,”ko masih pakai laptop, kan tablet sudah ngetrend sekarang. Nggak mau ngalah, aku pasti bakal menjawab,”ini klasik, sekarang jarang ada yang pakai.”  Dengan jawaban seperti itu aku seolah-olah ingin buat trand sendiri. Ya, disisi lain karena memang aku belum di takdirkan punya tablet.
Otak-atik folder sana –sini, tanpa sengaja aku membuka foto kawan-kawanku. Ada salah satu foto yang lama, foto mengingatkanku pada moment beberapa tahun yang lalu. Waktu itu aku masih tinggal di perkampungan kecil yang terdiri dari tiga blok, blok A, blok B, dan blok C . Disana aku tinggal disalah satu rumah kos-kosan milik kawan. Kalau tidak salah namanya Aan. Ah, ini dia dampak rokok buatan yang ku konsumsi tiap hari, sampai-sampai nama kawan sendiri saja hampir lupa.
Pada tanggal 13 Desember 2011, waktu itu kita ingin mengejutkan salah seorang kawan yang berulang tahun. Korbannya waktu itu bernama sundari. Mirip nama perempuan, tapi kali ini korbannya seratus persen laki-laki tulen. Jangan terpana hanya karena nama. Aku biasa memanggilnya dengan sebutan sun, diambil dari sebagian namanya yang berarti matahari. Sebutan itu memang cocok dengan karakternya. Sesuai dengan filosofi matahari,” nggak pernah cape menyinari”. Itu sama artinya dengan nggak pernah lelah memberi. Ini bukan tanpa alasan. kadang kala ketika aku kehabisan rokok, sun selalu datang membawa satu bungkus. Dan ketika aku bilang,” sun, minta rokok na..!”  , dia selalu langsung memasukan tangannya ke kantong dan mengeluarkan sekotak rokok lalu menyodorkannya sambil bilang, “ ambil, satu batang aja ya do”. Hahaha…just kidding.
Kira-kira setelah magrib kita merencakan acara kejutan itu, dengan bermodalkan uang yang dikumpulkan dari hasil iuran.Kita mengeluarkan sedikit gagasan yang cocok dilakukan buat mengejutkan sun. Karena keterbatasan dalam segalanya, kami Cuma membeli beberapa telor, satu buah lilin, dan dua buah kue donat. setelah selesai perbincangan singkat, dan memang benar-benar singkat. Kawanku Andi mengeksekusi mencari barang-barang yang dibutuhkan.
Setelah barang yang dibutuhkan didapat. Kita menunggu sun di depan kos sambil menyanyi di iringi genjrengan gitar. Dulu di depan ada pohon ketapang setinggi tiga sampai empat meter, dan dibawahnya ada bangku yang sengaja diletakkan disitu untuk tempat nongkrong. Disitulah aku dan dua orang kawanku, kibo dan aan duduk menunggu kedatangan sun.
Hampir satu jam kita bermain. Sun tidak juga nampak. Tidak seperti biasanya, sun selalu datang ke kos antara pukul 19.00 sampai pukul 20.30. sekarang udah hampir jam Sembilan malam. Sempat kepikiran sun nggak bakal datang karena sudah tahu bakal dikerjai. Dan sangking bosennya dan banyak nyamuk juga, akhirnya kita kembali ke dalam kos. Namun, tanpa diduga-duga beberapa menit kemudian nongol juga sun dengan kacamata yang lensanya udah mirip pantat botol.
Singkat cerita, rencana kita berhasil, kepala sun penuh dengan cairan telor. Salah satu moment terbaik yang pernah kualami. Dari kejadian itu aku lebih mengenal kata kawan. Seorang kawan bukanlah mereka yang datang dan pergi,tapi mereka yang datang dan tidak pernah pergi.
Selamat hari burung men, dan nggak lupa aku selalu berdoa untuk mahasiswa tingkat akhir agar semakin berjaya.

About Dodoy Kudeter

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply