internasional

nasional

cerita

» » Gerakan Mahasiswa dan kasak-kusuknya yang naik turun


Tak terasa organisasi telah berumur 2 tahun lebih dengan nama baru, namun  dengan sebagian anggota lama.
 Tak lupa aku ucapkan terima kasih kepada kawan-kawan yang masih konsisten berada dalam garis politik organisasi.

Melelahkan memang kerja yang harus dilakukan sebagai kader yang dilahirkan dari rahim organ revolusioner. Organisasi yang sampai sekarang tetap berpegang teguh dalam perjuangan menggapai Pembebasan Nasional. Dalam perjalanannya, sebuah organisasi pasti akan menemui fase dimana para pimpinan dan anggota-anggotanya diuji habis-habisan dan berkontrakdiksi. Dan kontradiksi inilah yang nantinya menjadi penentu arah dan kemana organisasi akan berlabuh dalam menetapkan garis perjuangannya. Sehingga mampu melanjutkan perjuangan dalam mendekatkan mahkota kekuasan dibawah kontrol mayoritas rakyat miskin. Namun, tak jarang dalam melewati fase ini, sebuah organisasi lenyap ditelan arus kontradiksi.

Sejarah panjang telah menciptakan peradaban manusia, dan sejarah panjang pulalah yang telah menempa organisasi menjadi lebih dewasa (maju) dari sebelumnya (jika mampu bertahan disetiap fase kontradiksinya). Gambaran seperti itupun tanpa terkecuali terjadi pada organisasi yang sekarang  kita bela.
Diawali dari pilihan politik (bahkan mungkin ideologi) sebagian kawan yang memilih langkah politiknya dengan meminang partai-partai borjuasi dalam merepespon ajang politik elektoral  dengan pembenaran, bahwa langkah politik ini akan memudahkan organisasi dalam mendekatkan mayoritas rakyat miskin dengan tahta kekuasaan politiknya. Langkah ini sama artinya dengan mengajak bergandeng tangan partai-partai yang memiliki prestasi membanggakan, dalam keterlibatannya menentukan kebijakan yang menjauhkan mayoritas rakyat miskin dari demokrasi dan kesejahteraan. Pertanyaannya, apakah partai-partai borjuasi akan dengan sepenuh hati membawa kepentingan mayoritas rakyat miskin? Pertanyaan ini tak ku jawab dalam tulisan ini, namun kiranya kawan-kawan dapat menganalisanya terlebih dahulu, lalu menemukan jawabannya sendiri.    
Dan sebagian kawan yang tetap berpegang teguh pada ideologi organisasi dengan tidak mengambil langkah politik yang sama, memulai langkahnya dengan mengkonsolidasikan diri kembali membentuk Komite Politik Alternatif  (KPA). Dalam keterbatasannya, komite inilah yang bertugas mensolidkan setiap kawan dan mempertahankan ideologi sejati organisasi, yang (dengan keterbatasannya) tidak dapat mempertemukan setiap kawan ( yang tetap berteguh pada garis politik dan ideology organisasi) dalam konsolidasi nasional dengan segera. Namun hal itu bukanlah tembok tinggi yang menghalangi semangat penyatuan. Dan karena dorongan akan kebutuhan pentingnya konsolidasi, komite merumuskan program-program dan tahapan-tahapan menuju konsolidasi dengan menetapkan, akan tetap menggunakan (nama) organisasi lama, namun menambahkan Politik Rakyat Miskin (PRM) dibelakangnya sebagai garis tegas politik organisasi. Singkatnya, pada bulan maret 2010 terbentuklah organisasi dengan nama baru, Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (disingkat PEMBEBASAN). 
Walaupun dengan nama baru (PEMBEBASAN), organisasi masih berteguh dengan garis politiknya dalam perjuangan menuju Pembebasan Nasional. Garis politik yang mendedikasikan organisasi pada perjuangan untuk demokrasi (Demokrasi Kerakyatan) dan kesejahteraan mayoritas rakyat miskin melalui pembangunan kekuatan-kekuatan mahasiswa, intektual, buruh, petani dan seluruh rakyat yang dimiskinkan oleh negara (Pemerintahan SBY-Budiono yang mengabdi pada kepentingan kapitalisme dan modal internasional) sebagai basis bagi Pembebasan  Nasional ( penggulingan rezim ).
Beberapa waktu yang lalu, satu lagi tahap penting telah ditempuh, dan babak baru menanti di depan mata. Kota Samarinda telah menjadi saksi bertemunya kader-kader Revolusioner yang datang dari berbagai daerah dalam ajang konsolidasi nasional Kongres I PEMBEBASAN. Ajang ini memberikan nafas segar bagi organisasi dan gerakan mahasiswa dalam menganalisa, merumuskan dan menetapkan program maupun strategi taktik kedepan. Dengan kata lain, pulangnya kita ke daerah masing-masing bukan tidak membawa apa-apa. Selain hal-hal ceremonial (tukar pin dan nope, saling kenal antar kawan, dll), yang lebih penting kita bukanlah peye yang mudah melempem, tapi kita adalah kader yang membawa semangat Revolusioner. Semangat yang mendorong kita untuk tidak bersantai ria, semangat yang merupakan perwujudan dari system kapitalisme yang penindas dan menghisap, semangat yang harus diperbesar dan diperluas. 
Situasi Gerakan Mahasiswa

o   Dalam menuju Pembebasan Nasional ada banyak hambatan-hambatan yang dihadapi seperti, batasan-batasan demokrasi, rezim kapitalisme, dan lemahnya gerakan mahasiswa proggresif secara umum. Dapat disaksikan sendiri, apatisme mahasiswa telah memasuki fase paling memprihatinkan.
o   Ketiadaan Persatuan Gerakan Mahasiswa yang strategis dalam membangun demokrasi kerakyatan.
o   Kampus kering dari isu-isu pergerakan dan lembaga-lembaganya pun lemah dalam mengolah potensi-potensi dan peluang-peluang politik. Jika tetap seperti ini gerakan mahasiswa akan kembali ke mitos lamanya “tidak ada momentum, tidak ada gerakan”  atau bahkan mungkin menghilang begitu saja.  
o   Privatisasi menyebabkan kedudukan lembaga mahasiswa tidak sederajat dengan birokrasi kampus, persoalan tata hubungan kelembagaan dalam Universitas yang tidak demokratis dan status badan hukum telah merubah wajah kampus menjadi anti organisasi mahasiswa dan anti dengan aktivitas gerakan mahasiswa. Bahkan dibeberapa kampus dikeluarkan kebijakan pelarangan melakukan aktivitas mimbar bebas, melakukan diskusi, pelarangan mengedarkan selebaran, bahkan pelarangan berorganisasi. Ini merupakan prestasi gemilang Pemerintahan Borjuasi Militeristik (ORBA) dalam menjalankan program deideologisasi, depolitisasi, dan deorganisasinya.
o   Privatisasi menyebabkan konsep pendidikan, sistem pendidikan, kurikulum pendidikan, dan pelembagaan dari sistem pendidikan tinggi tidak mampu memberi sumbangan yang signifikan bagi pembangunan masyarakat Indonesia yang produktif, modern, ilmiah, dan massal.
o   Privatisasi juga menyebabkan program studi disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan atau  penutupan jurusan-jurusan yang dianggap tidak menghasilkan profit.
o   Semakin mengecilnya peranan historis kampus sebagai panggung perjuangan. Sehingga aktifitas politik di kampus intensitasnya jauh menurun jika dibandingkan dengan periode gerakan mahasiswa dalam menjatuhkan kediktatoran Orde Baru.
o   Penyempitan ruang demokrasi (RUU kamnas,intelegen,dsb) merupakan basis bagi kita agar lebih cerdik dalam merumuskan dan menetapkan strategi taktik perjuangan organisasi dalam membangun atmosfir Gerakan Mahasiswa (yang) anti Kediktatoran Akademik/dunia pendidikan.
o   Ketiadaan Orientasi yang Strategis dalam membangun demokrasi kerakyatan (Ideologi).
o   Minimnya kepemimpinan Politik di kampus-kampus yang mampu melibatkan mahasiswa secara luas untuk berempati pada persoalan rakyat miskin dan atau bersolidaritas dalam perjuangannya.
o   Kurang meluasnya struktur gerakan mahasiswa progresif di kampus-kampus.
o   Ketiadaan Persatuan multi sector yang kuat dan luas yang mampu menjadi wadah perjuangan demokrasi dan kerakyatan sebagai alternatif politik bagi rakyat miskin.

Kekuatan Gerakan Mahasiswa Progresif dan Revolusioner

o   Mayoritas massa mahasiswa yang mengalami dampak penerapan sistem kapitalisme, baik berupa privatisasi pendidikan (BHMN, Swastanisasi, Pembukaan jurusan-jurusan ‘komersil’ yang berorientasi pada kapitalisme, dll) ataupun korban kediktatoran kampus.
o   Seluruh kekuatan kelas yang menjadi korban sistem kapitalisme, yakni kaum proletariat (buruh), borjuis kecil, serta kaum semi-proletariat perkotaan dan pedesaan.

Yang Harus Dilakukan (ini cuma belokan, bukan ujung jalan)

o PEMBEBASAN adalah organisasi mahasiswa revolusioner yang masih dan harus dikembangkan sayap politiknya, kwalitas anggota, kreatifitas dalam merekrut anggota, meluaskan struktur ke kampus-kampus, dan melakukan agitasi propaganda ditengah-tengah massa.
o   Memperkuat kesadaran massa mahasiswa Indonesia dengan menyebarkan berbagai materi-materi alternatif-progresif, melalui buku, pamflet, selebaran/leaflet, termasuk terbitan regular.
o   Mekanisme yang kuat akan mempengaruhi roda gerak organisasi dalam menjalankan kerja-kerjanya politiknya, yang sejatinya memprioritaskan kerja-kerja ke arah pembangunan basis. Jika ini tidak dilakukan, kemungkinan organisasi akan menjadi elitis dan jurang dengan massa akan semakin lebar. Sehingga dapat dipastikan hal itu akan membuat organisasi menjadi lemah syahwat dalam strategi taktik perjuangannya.
o   Dalam sejarahnya mahasiswa mempunyai peranan penting dalam Pembebasan Nasional (pernah terjadi perdebatan panjang dalam menyimpulkan hal ini). Mahasiswa dan gerakannya harus menjadi sebuah gerakan politik yang bervisi Politik Rakyat Miskin, baik secara teori maupun praktek. Karena hanya dengan begitulah gerakan buruh tani dan kaum miskin kota dapat ditulari isian politik yang kita pahami.
o   Dari sini kita harus meyakini, bahwa kita membutuhkan kekuatan politik yang besar yang mereka (buruh, tani, nelayan dan kmk)  punyai, sebab mereka juga berkepentingan penuntasan Pembebasan Nasional.
o   Maka sudah jelas bahwa gerakan mahasiswa dan gerakan rakyat tidak dapat dipisahkan satu dan yang lainnya dan menjadi satu kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan.
o   Penilaian gerakan mahasiswa terdahulu, hal yang dapat meningkatkan kualitas gerakan mahasiswa adalah meningkatkan pemahaman ideologi politik dan organisasinya, dan hal tersebut dapat diasah  oleh teori-teori kerakyatan, dipertajam dengan praktek-praktek yang bersinggungan dengan rakyat miskin dan gerakannya. Ini akan meningkatkan pemahaman tentang konteks perjuangan dan kebutuhan konsisten terhadap perjuangan tersebut menjadi kuat dalam energi ideologi dan politiknya.
o   Gerakan mahasiswa berkarakter politik rakyat miskin dapat tercapai dengan jalan melakukan kerja politik dan organisasi bersama dengan rakyat dan gerakannya, baik dalam  respon-respon kasus-kasus  pabrik, tani, nelayan maupun penggusuran KMK.
o   Ada banyak kelemahan yang (kemungkinan) dipahami dalam memahami konteks kerja organisasi di luar kampus. Seolah-olah bukanlah menjadi tanggung jawab politik dan ideologi organisasi, sehingga tanggung jawab pengawasan organisasi terhadap hal ini tidaklah menjadi aspek kerja dari tingkat komisariat atau kota maupun wilayah, yang dipahami seakan-akan terpisah.
o   Namun sudah terjelaskan dalam tulisan “Membangun Liga Kembali” bahwa kemaksimalan kerja tersebut juga memberikan kepentingan politik dan organisasi terhadap kampus dan gerakannya, padahal dari kerja tersebut organiser di kampus bisa lebih memahami apa yang menjadi konsepsi ideologi yang sedang di perjuangkan, kata lainnya, militansi kader dan pemahaman ideologi politiknya semakin tebal dan mengakar.  Misalnya, penggusuran PKL  dibawa ke dalam kampus dapat memberikan kontribusi politik yang tinggi. Lebih dari itu, dari situ dapat membuat panggung-pangung budaya, seminar problem penggusuran dan mahasiswa di kampus, sehingga mahasiswa lebih jelas dan paham apa yang menjadi akar problematika masyarakat saat ini.
o   Hal yang penting adalah menghubungkan penstrukturan kampus dengan kmk, misalnya dibuatkan kepanitiaan sekolah rakyat/kepanitiaan bencana alam/ kepanitiian kesehatan bagi korban pengusuran. Dari aktifitas moderat tersebut mahasiswa dapat terstrukturkan.
o   Hasil penstrukturan tersebut setelah itu dapat kita bawa ke dalam kampus dengan kualitas materi yang jauh lebih baik dari sebelumnya, kritis dan politis tentunya, hal yang pasti dalam rangkaian kerja moderat tersebut diberikan isian politik dalam diskusi-diskusi dan bacaan mereka.
o   Konsepsi kerja kampus-kampung/rakyat adalah dengan memajukan perspektif pengorganisiran kampus  bersamaan  mengorganisir kampung disekitar kampus, menyebarkan selebaran yang berisikan kepentingan mereka misalnya, mengundang pemuda kampung dalam kegiatan( diskusi,panggung kebudayaan,dll) di kampus, terlibat dalam panggung-panggung dangdutan di kampung, menyebarkan poster, yasinan atau arisan ibu-ibu pun kalau bermanfaat bagi perjuangan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
o   Capaian dari kerja-kerja tersebut, baik dalam soal keamanan, penduduk kampung sekitar kampus menjadi semakin bersepakat dengan kita dan apapun yang terjadi bila ada serangan dari milisi reaksioner, pemuda-pemuda kampung bisa ikut melawan bersama, tidak kita sendiri.
o   Dalam hal organisasi, ini menjadi pembelajaran kawan-kawan mahasiswa baru untuk mengenal lingkungannya, sedikitnya memberikan perspektif politik rakyat miskin dari integrasi pengorganisian kampus-kampung ini.
o   Dalam konteks kerja radikalisasi, hal yang terpenting baik diburuh, tani, maupun kmk adalah menentukan titik konsentrasi teritori  kawasan, kampung, yang akan  dijadikan fokus pengorganisiran dengan mendelegasikan kepanitiaan respon tersebut yang isinya mahasiswa dengan landasan adanya kasuistik untuk segera ditangani. Kerja ini akan berbuah menjadi radikalisasi politik yang bisa meluaskan propaganda, program, dan struktur ke teritori lainnya, dengan kualitas materi yang semakin baik tentunya.
o   Dari radiasi politik itu sendiri dalam konteks gerakan, organ-organ lain yang belum menyadari pentingnya persatuan akan semakin sadar dan mau bergabung dengan kita, karena telah melihat bukti riil dari radikalisasi lewat persatuan gerakan. Begitulah kemudian kita melakukan peminimalisiran terhadap sektarianisme gerakan beserta ekses - eksesnya yang merugikan gerakan mahasiswa.
o   Mengkampanyekan Persatuan Gerakan Rakyat sebagai kekuatan sejati perubahan bagi masyarakat indonesia agar tidak lagi terjatuh dalam cengkeraman borjuasi antek neo-liberalisme.
o   Mengkampanyekan Solusi-Solusi Kerakyatan secara demokratis.
o   Konsolidasi Nasional Mahasiswa adalah tahap transisi  organisasi dari organisasi tunggal menjadi organisasi payung sektor mahasiswa dalam bentuk LIGA.
o   Mengembalikan seluruh mesin agitasi perjuangan dari organisasi harus dihidupkan, dipertahankan regularitasnya,  dan secara bertahap harus ditingkatkan kuantitasnya (terbitan, selebaran, pamflet, website, diskusi-diskusi, pendidikan-pendidikan bagi anggota dan terbuka)
o   Meluaskan kekuatan organisasi dengan membuka cabang-cabang baru di tingkat kota/provinsi ataupun kampus (Fakultas hingga Jurusan)
o   Terlibat aktif merebut panggung-panggung dalam kampus melalui BEM, SENAT, HMJ, UKM, dll. Seluruh lembaga-lembaga formal di kampus, seminimal apapun potensi harus diambil manfaatnya bagi perjuangan gerakan mahasiswa progresif.
o   Merapikan manajemen organisasi: struktur, mekanisme rekruitmen, mekanisme koordinasi di cabang setempat ataupun dalam kaitannya dengan jenjang di atasnya.
o   Meneliti dan terlibat aktif dalam upaya menyatukan kekuatan-kekuatan mahasiswa yang memiliki tendensi ideologis sama.
o   Mempersiapkan anggota-anggota untuk terjun dalam perjuangan rakyat,  dengan menjadi organiser-organiser rakyat yang militan, handal, serta penuh dedikasi.

About Dodoy Kudeter

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

2 komentar: