internasional

nasional

cerita

» » Lelaki Tua yang kusebut Mbah



Senin, 31 maret 2014. Bertepatan dengan hari waisak.

Siang ini, aku mendapat kabar duka dari ade kesayanganku. Subuh tadi, bapak dari ibuku meninggalkan dunia. Rasanya tak seperti telah kehilangan, tak sedih, tak menangis. Seperti inikah aku sekarang? Tak berperi, tak berasa. Kabar duka itu seakan biasa, tak menyambar. 

Wajah berkeriput dengan senyum, baju baju khas jawa dan kain batik yang menutupi bagian berut hingga matakaki, logat jawa kental. Hanya itu yang kuingat. Sungguh, kiranya aku telah berdosa? Sedikitpun tak kumengenal. Beliau adalah bapak dari ibuku, laki-laki tua yang kupanggil mbah. 


Bahkan kini, nama beliau tak juga kuingat. Entah kenapa? Entah sudah berapa lama aku tak berkunjung? Kurasai sangat lama. Cucu yang tak mengenal mbahnya. Tak begitu ingat, apa aku memilki kenangan dengan beliau? 

Begitu banyak tanya yang muncul. Apa ini menandakan tentang aku yang sudah tak beradab? Tak mengenal sanak keluarga. Apakah ini selaras dengan keinginanku –yang tidak ingin dikenal dan tidak suka dikenal. Bagaimana beliau berpulang? Apa beliau bahagia menjalani sisa hidup sebelumnya? Apakah beliau ingin cucu-cucunya berada didekatnya. 

Tanya-tanya itu setipis demi setipis mengupas batinku. Hingga aku merasai rasa perihnya sampai ke tulang. Namun tak juga menetes air mata, tak juga memupuk kesedihan. Hanya saja, baru saat ini aku menyadari keberadaan mbahku yang sudah tiada. Pergi tak berucap apapun. Hanya perawakannya yang kuingat, kurasai. Aku mengkwatirkan ibuku.
Bak sarjana yang tidak mengerti berbuat. Aku tak  berpengalaman merasa sedih dengan sepeninggalnya seseorang. Kehidupan yang kujalani mengajarkan kematian  tak perlu disesal, tak sedih. Sewajarnya ialah kodrat sebagai manusia bernyawa. Lahir, berkembang, lalu hilang tinggal kenangan.

Aku teringat nasib orang jawa dulu, menderita dibawah kolonial. Entah berapa ribu yang mati oleh kerja rodi, kelaparan, diperbudak. Mungkin saja jumlahnya jutaan.  Tak bisa kubayangkan. Tidakkah ada kenangan mereka? Ada, rel kereta, gedung-gedung jaman kolonial, jalan raya. Tidakkah mereka yang mati bernama? Mungkin joko, parto, partini, atau nama-nama beririsan jawa lain. Seperti hilang setelah berbhakti, mereka mati tanpa meninggalkan kenangan apapun, kecuali rel, gedung, jalan raya, yang tetap saja bisu, seakan lupa pada si pembuatnya.


About Dodoy Kudeter

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

3 komentar:

  1. blog mu bagus, ngeditnya pake apa? share donk

    ReplyDelete
  2. pake tangan..
    aku nggak ngerti yang kau maksud..

    ReplyDelete
  3. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    ReplyDelete