Siang ini, aku mendapat kabar
duka dari ade kesayanganku. Subuh tadi, bapak dari ibuku meninggalkan dunia.
Rasanya tak seperti telah kehilangan, tak sedih, tak menangis. Seperti inikah
aku sekarang? Tak berperi, tak berasa. Kabar duka itu seakan biasa, tak
menyambar.
Wajah berkeriput dengan senyum,
baju baju khas jawa dan kain batik yang menutupi bagian berut hingga matakaki,
logat jawa kental. Hanya itu yang kuingat. Sungguh, kiranya aku telah berdosa?
Sedikitpun tak kumengenal. Beliau adalah bapak dari ibuku, laki-laki tua yang
kupanggil mbah.
Bahkan kini, nama beliau tak juga
kuingat. Entah kenapa? Entah sudah berapa lama aku tak berkunjung? Kurasai sangat
lama. Cucu yang tak mengenal mbahnya. Tak begitu ingat, apa aku memilki
kenangan dengan beliau?
Begitu banyak tanya yang muncul.
Apa ini menandakan tentang aku yang sudah tak beradab? Tak mengenal sanak
keluarga. Apakah ini selaras dengan keinginanku –yang tidak ingin dikenal dan
tidak suka dikenal. Bagaimana beliau berpulang? Apa beliau bahagia menjalani
sisa hidup sebelumnya? Apakah beliau ingin cucu-cucunya berada didekatnya.
Tanya-tanya itu setipis demi
setipis mengupas batinku. Hingga aku merasai rasa perihnya sampai ke tulang.
Namun tak juga menetes air mata, tak juga memupuk kesedihan. Hanya saja, baru
saat ini aku menyadari keberadaan mbahku yang sudah tiada. Pergi tak berucap
apapun. Hanya perawakannya yang kuingat, kurasai. Aku mengkwatirkan ibuku.
Bak sarjana yang tidak mengerti
berbuat. Aku tak berpengalaman merasa
sedih dengan sepeninggalnya seseorang. Kehidupan yang kujalani mengajarkan
kematian tak perlu disesal, tak sedih.
Sewajarnya ialah kodrat sebagai manusia bernyawa. Lahir, berkembang, lalu
hilang tinggal kenangan.
Aku teringat nasib orang jawa
dulu, menderita dibawah kolonial. Entah berapa ribu yang mati oleh kerja rodi,
kelaparan, diperbudak. Mungkin saja jumlahnya jutaan. Tak bisa kubayangkan. Tidakkah ada kenangan
mereka? Ada, rel kereta, gedung-gedung jaman kolonial, jalan raya. Tidakkah
mereka yang mati bernama? Mungkin joko, parto, partini, atau nama-nama
beririsan jawa lain. Seperti hilang setelah berbhakti, mereka mati tanpa
meninggalkan kenangan apapun, kecuali rel, gedung, jalan raya, yang tetap saja
bisu, seakan lupa pada si pembuatnya.
blog mu bagus, ngeditnya pake apa? share donk
ReplyDeletepake tangan..
ReplyDeleteaku nggak ngerti yang kau maksud..
kelinci99
ReplyDeleteTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino