Perdebatan posmodern mendominasi ruang kebudayaan dan intelektual dibeberapa bidang ilmu diseluruh dunia. Para tokohnya misal: Jean Baudrillard, Jean Francois Lyotard dan Fredric Jameson, berpandangan bahwa masyarakat telah berubah secara dramatis dan kini kita hidup dalam masyarakat yang kualitasnya sangat berbeda, yakni masyarakat posmodern.
Posmodern adalah sejarah baru yang dianggap telah menggantikan era modern atau modernitas. Teori sosial posmodern adalah cara berfikir baru tentang posmodernitas, dunia sudah sedemikian berbeda sehingga memerlukan cara berfikir yang sama sekali baru, teoretisi posmodern cenderung menolak persfektip teoretis yang dijelaskan dan menolak cara berfikir untuk menciptakan teorinya. Cara melukiskan posmodernitas ini sama banyaknya dengan teoretisi sosial posmodern, untuk menyederhanakannya akan dirangkum beberapa elemen kunci gambaran yang dikemukakan oleh salah seorang teoretisi posmodernitas terkemuka, yakni Frederic Jameson.
Jameson mengatakan ada beberapa pandangan yang harus dipahami dalam posmodern, yakni:
Pertama, posmodernitas adalah sebuah dunia yang dangkal, dunia superfisial( misalnya hutan jelajah Disneyland tidak sama dengan hutan sebenarnya ).
Kedua, posmodernitas adalah dunia yang kekurangan hubungan kasih sayang dan emosi.
Ketiga, lenyapnya makna tempat seseorang dalam sejarah, sukar membedakan masa lalu, masa kini dan masa depan, dan
Keempat, modernitas ditandai oleh tekhnologi produktif, eksplosif dan meluas --misalnya perakitan mobil--, sedangkan posmodernitas didominasai oleh tekhnologi yang implosif, mendatar dan reproduktif --misalnya elektronik-- dan dalam hal ini masyarakat posmodern sangat berbeda dari masyarakat modern.
Sedangkan dalam teori estetika dan kebudayaan, polemik yang muncul terkait dengan apakah modernisme dalam seni telah mati atau belum dan apa sajakah jenis seni posmodern yang berhasil muncul. Demikian pula dalam bidang filsafat, perdebatan yang muncul banyak terkait dengan apakah tradisi filsafat modern telah berakhir atau belum. Berdasarkan kondisi tersebut beberapa orang mulai menyelenggarakan filsafat posmodern baru, yang memiliki keterkaitan dengan filsafat Nietzsche, Heidegger, Derrida, Rorty, Lyotard dan yang lainnya. Dan pada akhirnya, serangan posmodern telah menghasilkan teori sosial dan politik baru, serta usaha-usaha teoritis dalam menentukan aspek-aspek multi-segi fenomena posmodern itu sendiri. Para pendukung posmodern secara agresif mengkritik budaya, teori dan politik tradisional, sedangkan para pendukung tradisi modern meresponya dengan mengabaikan penantang-penantang baru, dengan menyerang balik atau dengan berusaha memunculkan term-term yang sesuai dengan wacana dan posisi baru.
Kritik pakar posmodern berpendapat ini merupakan sebuah model, sebuah temuan intelektual dalam pencarian wacana dan sumber modal kebudayaan baru atau ideologi konservatif lainnya yang berusaha membuang teori dan nilai modern emansipatoris. Tapi hadirnya wacana dan problematika posmodern telah mendatangkan isu-isu yang menyerang kebebasan-kebebasan atau penggabungan yang mudah kedalam paradigma yang telah ada.
Setidaknya teori posmodern memiliki sudut pandang yang luas dan menempati ruang disetiap sudut kehidupan manusia. Teori posmodern digunakan untuk mencapai berbagai tujuan teori dan politik. Teori posmodernisme dapat digunakan untuk menyerang atau mempertahankan modernitas, dapat pula digunakan untuk membangun kembali politik radikal atau memproklamasikan ketidakmungkinannya, untuk memperluas paham Marx atau mengumumkan kemundurannya, untuk menyokong kritik-kritik para pejuang feminisme atau untuk menenggelamkannya.
Hampir seluruh teori posmodernisme telah menghancurkan tatanan berbagai disiplin keilmuan yang sudah mapan, seperti filsafat, teori sosial, ekonomi, bahkan sastra dan melahirkan sebuah wacana jenis baru yakni supradisipliner. Para teoretis posmodernisme mengkritik ide representasi, kebenaran, rasionalitas, sistem, fondasi, kepastian dan kontinuitas yang merupakan manifestasi teori-teori modernisme, juga terhadap konsep pelaku, makna dan kausalitas ( hukum sebab-akibat ).
Teori-teori posmodernisme merupakan bagian dari budaya yang tidak diketahui siapa penciptanya dengan prinsip-prinsip kunci yang termasuk didalamnya adalah : penghancuran ( decreation ), disintegrasi, dekonstruksi, penyebaran ( decentrement ), pemindahan ( displacement ), pembedaan ( difference ), ketidaksinambungan ( discontinuity ), pemisahan ( disjunction ), penghilangan ( disappearance ), penguraian ( decomposition ), pengaburan makna ( de-definition ), penjabaran ( demystification ) dan pembagian ( detotalization ).
Interogasi Kritis ; Menuju Rekonstruksi Teori Sosial Kritis
Pada perbedaan berbagai teori-teori posmodernisme dan menitikberatkan pada masalah penting yaitu perbedaan antara garis keras ‘ extreme wing ‘ posmodernisme, yang telah membuat sebuah garis pembeda yang jelas antara modernitas dan teori modernitas dengan kubu rekonstruksionis yang menggunakan posmodernisme sebagai pisau analisa untuk membangun kembali kritik sosial modern dan politik radikal.
Teoritis ekstrem posmodernisme yang dimotori oleh Baudrillad dan beberapa aspek dari Lyotard, Foucault, Deleuze dan Guattari telah memberikan sebuah kritik keras terhadap teori modernisme dan politik modern, dengan menghadirkan teori-teori dan politik baru untuk masa sekarang. Sedangkan teori posmodernisme kubu rekonstruksionis yang dimotori oleh Jameson, Lauclau, Mouffe dan beberapa posmodernisme feminis mengkombinasikan posisi modernisme dan posmodernisme dalam sudut pandang teori-teori dan politik mereka.
Pada titik akhir penjabaran tentang teori-teori posmodernisme, akan memunculkan kritik terhadap kritik ekstrim posmodernisme terhadap modernitas dan modernisme yang menganggap bahwa merekalah yang telah mewariskan kemajuan dari pencerahan, demokrasi dan teori sosial bersama dengan wajah modernitasnya. Tak jarang kritik-kritik posmodernisme sangat berlebihan, abstrak dan bersifat subversif terhadap proyek-proyek teori dan politik yang sangat berguna.
Teoretisi ekstrim posmodernisme ingin membuang jauh-jauh seluruh teori kritik sosial, dengan tidak mengakui asumsi meta-teorinya seperti representasi( representation ), koherensi sosial(social coherenc ), dan pelaku (agens). Walaupun demikian dinyatakan bahwa dalam masyarakat posmodernisme kontemporer, realitas telah pecah menjadi kepingan-kepingan dan subyeknya mengalami proses hilang dan tenggelam.
Dalam teori posmodernisme rekonstruksionis seperti Jameson, cenderung menteorikan kondisi posmodernisme sebagai sebuah tempat yang didalamnya semua serba ‘ tak beraturan‘ atau‘a bewilderingly complex hyperspace ‘. Posmodernisme kapitalis bagi Jameson, telah menghapus bingkai kemapanan dan perbedaan sebelumnya, tidak hanya antara budaya tinggi dan rendah, tetapi juga antara realitas dan khayalan, fiksi dan sejarah. Budaya posmodernisme menghasilkan sebuah krisis yang timbul secara bersamaan dalam nilai, politik dan pengalaman.
Bagi Jameson, merasakan situasi yang menjadi pertanda buruk(portentous) dan mendeskrifsikan sebuah mutasi yang membangun tempatnya sendiri, sebuah mutasi pada objek dan tidak ada yang menyertainya. Jameson menolak perjanjian Baudrillardian dengan reification dan menawarkan strategi pemetaan yang baru, dengan mempertimbangkan perubahan-perubahan tersebut dan berusaha untuk mewujudkan estetika, teori dan politik menjadi selaras dan harmonis.
Pro dan kontra analisa pemikiran dalam dialektika ilmu pengetahuan sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu, dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan kemunculan thesis dan antithesis hingga sisthesis memberikan kontribusi yang berkualitas dan kompleks dalam diskusi pemikiran para akademisi.
Dalam perkembangan ilmu politik secara global, kita mengenal beberapa aliran pemikiran yakni ; aliran tradisionalis, aliran reformis, aliran behavioralis, aliran utopis, aliran realis dan tentunya masih banyak aliran pemikiran yang mewarnai perdebatan analisa ilmu sosial politik secara global. Dalam tinjauan penulisan ilmiah ini penulis hanya akan menjabarkan secara eksplisit tentang analisa politik dari aliran utopis dan realis, yang secara konsepsi mengalami kontradiksi secara mendasar serta memiliki kesamaan secara substansial terhadap permasalahan yang ingin penulis teliti.
Pro kontra Utopis dan Realis
A.Utopianisme
Dalam ilmu politik para peneliti utopis akan sedikit memberikan perhatian kepada fakta-fakta pengetahuan yang ada atau terhadap analisa sebab akibat, dalam hal ini dikarenakan kaum utopis lebih memfokuskan seluruh perhatiaannya kepada perluasan proyeksi khayalan, proyeksi yang sederhana dan menuju kesempurnaan, itu bagi kaum utopis dapat memberikan suatu pertimbangan yang lugas dan universal.
Pada abad 19, revolusi industri menciptakan masalah sosial yang baru dan mempengaruhi alam pikiran umat manusia di Eropa Barat. Para perintis yang pertama kali mencoba untuk mencari jalan keluar dan memecahkan persoalan ini adalah orang-orang yang beraliran “Sosialis Utopis”, diantaranya yang terkenal adalah; Saint Simon dan Fourrier dari Perancis serta Robert Owen dari Inggris.
Para pemikir-pemikir utopis ini tidak mencoba untuk menganalisa sifat-sifat dari kepentingan golongan dimana mereka hidup, mereka secara sederhana membuat asumsi yang tidak terperinci tentang kebiasaan manusia mencita-citakan kelompok ideal, dimana manusia dari segala macam golongan hidup bersama dalam persahabatan.
Sosialisme utopis bermanfaat untuk membuat manusia sadar akan persoalannya dan mencapai pemecahan, akan tetapi pemecahan yang mereka ajukan tidak bersandar pada realitas yang ada, kondisi ini mencerminkan bahwa inti dari pemikiran kaum utopis bukan berlandaskan pada analisa objektif akan tetapi dari suatu hasrat.
B.Realisme
Posmodern adalah sejarah baru yang dianggap telah menggantikan era modern atau modernitas. Teori sosial posmodern adalah cara berfikir baru tentang posmodernitas, dunia sudah sedemikian berbeda sehingga memerlukan cara berfikir yang sama sekali baru, teoretisi posmodern cenderung menolak persfektip teoretis yang dijelaskan dan menolak cara berfikir untuk menciptakan teorinya. Cara melukiskan posmodernitas ini sama banyaknya dengan teoretisi sosial posmodern, untuk menyederhanakannya akan dirangkum beberapa elemen kunci gambaran yang dikemukakan oleh salah seorang teoretisi posmodernitas terkemuka, yakni Frederic Jameson.
Jameson mengatakan ada beberapa pandangan yang harus dipahami dalam posmodern, yakni:
Pertama, posmodernitas adalah sebuah dunia yang dangkal, dunia superfisial( misalnya hutan jelajah Disneyland tidak sama dengan hutan sebenarnya ).
Kedua, posmodernitas adalah dunia yang kekurangan hubungan kasih sayang dan emosi.
Ketiga, lenyapnya makna tempat seseorang dalam sejarah, sukar membedakan masa lalu, masa kini dan masa depan, dan
Keempat, modernitas ditandai oleh tekhnologi produktif, eksplosif dan meluas --misalnya perakitan mobil--, sedangkan posmodernitas didominasai oleh tekhnologi yang implosif, mendatar dan reproduktif --misalnya elektronik-- dan dalam hal ini masyarakat posmodern sangat berbeda dari masyarakat modern.
Sedangkan dalam teori estetika dan kebudayaan, polemik yang muncul terkait dengan apakah modernisme dalam seni telah mati atau belum dan apa sajakah jenis seni posmodern yang berhasil muncul. Demikian pula dalam bidang filsafat, perdebatan yang muncul banyak terkait dengan apakah tradisi filsafat modern telah berakhir atau belum. Berdasarkan kondisi tersebut beberapa orang mulai menyelenggarakan filsafat posmodern baru, yang memiliki keterkaitan dengan filsafat Nietzsche, Heidegger, Derrida, Rorty, Lyotard dan yang lainnya. Dan pada akhirnya, serangan posmodern telah menghasilkan teori sosial dan politik baru, serta usaha-usaha teoritis dalam menentukan aspek-aspek multi-segi fenomena posmodern itu sendiri. Para pendukung posmodern secara agresif mengkritik budaya, teori dan politik tradisional, sedangkan para pendukung tradisi modern meresponya dengan mengabaikan penantang-penantang baru, dengan menyerang balik atau dengan berusaha memunculkan term-term yang sesuai dengan wacana dan posisi baru.
Kritik pakar posmodern berpendapat ini merupakan sebuah model, sebuah temuan intelektual dalam pencarian wacana dan sumber modal kebudayaan baru atau ideologi konservatif lainnya yang berusaha membuang teori dan nilai modern emansipatoris. Tapi hadirnya wacana dan problematika posmodern telah mendatangkan isu-isu yang menyerang kebebasan-kebebasan atau penggabungan yang mudah kedalam paradigma yang telah ada.
Setidaknya teori posmodern memiliki sudut pandang yang luas dan menempati ruang disetiap sudut kehidupan manusia. Teori posmodern digunakan untuk mencapai berbagai tujuan teori dan politik. Teori posmodernisme dapat digunakan untuk menyerang atau mempertahankan modernitas, dapat pula digunakan untuk membangun kembali politik radikal atau memproklamasikan ketidakmungkinannya, untuk memperluas paham Marx atau mengumumkan kemundurannya, untuk menyokong kritik-kritik para pejuang feminisme atau untuk menenggelamkannya.
Hampir seluruh teori posmodernisme telah menghancurkan tatanan berbagai disiplin keilmuan yang sudah mapan, seperti filsafat, teori sosial, ekonomi, bahkan sastra dan melahirkan sebuah wacana jenis baru yakni supradisipliner. Para teoretis posmodernisme mengkritik ide representasi, kebenaran, rasionalitas, sistem, fondasi, kepastian dan kontinuitas yang merupakan manifestasi teori-teori modernisme, juga terhadap konsep pelaku, makna dan kausalitas ( hukum sebab-akibat ).
Teori-teori posmodernisme merupakan bagian dari budaya yang tidak diketahui siapa penciptanya dengan prinsip-prinsip kunci yang termasuk didalamnya adalah : penghancuran ( decreation ), disintegrasi, dekonstruksi, penyebaran ( decentrement ), pemindahan ( displacement ), pembedaan ( difference ), ketidaksinambungan ( discontinuity ), pemisahan ( disjunction ), penghilangan ( disappearance ), penguraian ( decomposition ), pengaburan makna ( de-definition ), penjabaran ( demystification ) dan pembagian ( detotalization ).
Interogasi Kritis ; Menuju Rekonstruksi Teori Sosial Kritis
Pada perbedaan berbagai teori-teori posmodernisme dan menitikberatkan pada masalah penting yaitu perbedaan antara garis keras ‘ extreme wing ‘ posmodernisme, yang telah membuat sebuah garis pembeda yang jelas antara modernitas dan teori modernitas dengan kubu rekonstruksionis yang menggunakan posmodernisme sebagai pisau analisa untuk membangun kembali kritik sosial modern dan politik radikal.
Teoritis ekstrem posmodernisme yang dimotori oleh Baudrillad dan beberapa aspek dari Lyotard, Foucault, Deleuze dan Guattari telah memberikan sebuah kritik keras terhadap teori modernisme dan politik modern, dengan menghadirkan teori-teori dan politik baru untuk masa sekarang. Sedangkan teori posmodernisme kubu rekonstruksionis yang dimotori oleh Jameson, Lauclau, Mouffe dan beberapa posmodernisme feminis mengkombinasikan posisi modernisme dan posmodernisme dalam sudut pandang teori-teori dan politik mereka.
Pada titik akhir penjabaran tentang teori-teori posmodernisme, akan memunculkan kritik terhadap kritik ekstrim posmodernisme terhadap modernitas dan modernisme yang menganggap bahwa merekalah yang telah mewariskan kemajuan dari pencerahan, demokrasi dan teori sosial bersama dengan wajah modernitasnya. Tak jarang kritik-kritik posmodernisme sangat berlebihan, abstrak dan bersifat subversif terhadap proyek-proyek teori dan politik yang sangat berguna.
Teoretisi ekstrim posmodernisme ingin membuang jauh-jauh seluruh teori kritik sosial, dengan tidak mengakui asumsi meta-teorinya seperti representasi( representation ), koherensi sosial(social coherenc ), dan pelaku (agens). Walaupun demikian dinyatakan bahwa dalam masyarakat posmodernisme kontemporer, realitas telah pecah menjadi kepingan-kepingan dan subyeknya mengalami proses hilang dan tenggelam.
Dalam teori posmodernisme rekonstruksionis seperti Jameson, cenderung menteorikan kondisi posmodernisme sebagai sebuah tempat yang didalamnya semua serba ‘ tak beraturan‘ atau‘a bewilderingly complex hyperspace ‘. Posmodernisme kapitalis bagi Jameson, telah menghapus bingkai kemapanan dan perbedaan sebelumnya, tidak hanya antara budaya tinggi dan rendah, tetapi juga antara realitas dan khayalan, fiksi dan sejarah. Budaya posmodernisme menghasilkan sebuah krisis yang timbul secara bersamaan dalam nilai, politik dan pengalaman.
Bagi Jameson, merasakan situasi yang menjadi pertanda buruk(portentous) dan mendeskrifsikan sebuah mutasi yang membangun tempatnya sendiri, sebuah mutasi pada objek dan tidak ada yang menyertainya. Jameson menolak perjanjian Baudrillardian dengan reification dan menawarkan strategi pemetaan yang baru, dengan mempertimbangkan perubahan-perubahan tersebut dan berusaha untuk mewujudkan estetika, teori dan politik menjadi selaras dan harmonis.
Pro dan kontra analisa pemikiran dalam dialektika ilmu pengetahuan sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu, dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan kemunculan thesis dan antithesis hingga sisthesis memberikan kontribusi yang berkualitas dan kompleks dalam diskusi pemikiran para akademisi.
Dalam perkembangan ilmu politik secara global, kita mengenal beberapa aliran pemikiran yakni ; aliran tradisionalis, aliran reformis, aliran behavioralis, aliran utopis, aliran realis dan tentunya masih banyak aliran pemikiran yang mewarnai perdebatan analisa ilmu sosial politik secara global. Dalam tinjauan penulisan ilmiah ini penulis hanya akan menjabarkan secara eksplisit tentang analisa politik dari aliran utopis dan realis, yang secara konsepsi mengalami kontradiksi secara mendasar serta memiliki kesamaan secara substansial terhadap permasalahan yang ingin penulis teliti.
Pro kontra Utopis dan Realis
A.Utopianisme
Dalam ilmu politik para peneliti utopis akan sedikit memberikan perhatian kepada fakta-fakta pengetahuan yang ada atau terhadap analisa sebab akibat, dalam hal ini dikarenakan kaum utopis lebih memfokuskan seluruh perhatiaannya kepada perluasan proyeksi khayalan, proyeksi yang sederhana dan menuju kesempurnaan, itu bagi kaum utopis dapat memberikan suatu pertimbangan yang lugas dan universal.
Pada abad 19, revolusi industri menciptakan masalah sosial yang baru dan mempengaruhi alam pikiran umat manusia di Eropa Barat. Para perintis yang pertama kali mencoba untuk mencari jalan keluar dan memecahkan persoalan ini adalah orang-orang yang beraliran “Sosialis Utopis”, diantaranya yang terkenal adalah; Saint Simon dan Fourrier dari Perancis serta Robert Owen dari Inggris.
Para pemikir-pemikir utopis ini tidak mencoba untuk menganalisa sifat-sifat dari kepentingan golongan dimana mereka hidup, mereka secara sederhana membuat asumsi yang tidak terperinci tentang kebiasaan manusia mencita-citakan kelompok ideal, dimana manusia dari segala macam golongan hidup bersama dalam persahabatan.
Sosialisme utopis bermanfaat untuk membuat manusia sadar akan persoalannya dan mencapai pemecahan, akan tetapi pemecahan yang mereka ajukan tidak bersandar pada realitas yang ada, kondisi ini mencerminkan bahwa inti dari pemikiran kaum utopis bukan berlandaskan pada analisa objektif akan tetapi dari suatu hasrat.
B.Realisme
Inti pemikiran realis menitikberatkan pada penerimaan fakta dan pada analisa sebab akibat, ia cenderung menekankan peranannya bahwa fungsi dari pemikiran adalah belajar dari rangkaian-rangkaian kejadian yang tidak berdaya untuk mempengaruhi atau mengubah. Dalam praksis politik dari pemikiran realis menitikberatkan pada kekuatan yang ada dan beranggapan bahwa kepandaian tertinggi terletak pada penerimaan dan penyesuaian seseorang terhadap kekuatan yang ada.
Munculnya aliran realis adalah bersifat untuk memperbaiki kemulukan pemikiran dari kaum utopis. Bagi kaum realis pemikiran yang belum dewasa adalah pemikiran yang semata-mata menitikberatkan pada maksud dan tujuan sedangkan pemikiran yang dewasa adalah pemikiran yang bisa merangkaikan maksud dengan penelitian dan analisa.
Kritik oto Kritik Kaum Utopis dan Realis
Utopis dan realis adalah dua segi dari ilmu politik, dua segi yang memiliki tempat dan penganut sendiri. Pertemuan antara aliran utopis dan realis tidak pernah berimbang dan jauh dari titik keseimbangan, ini adalah dasar pertentangan yang melahirkan berbagai bentuk pemikiran. Dua metode pendekatan ini cenderung untuk tidak menghiraukan ada atau akan adanya perenungan dan tidak menghiraukan kesimpulan dari ada atau akan adanya jalan keluar dari setiap masalah politik.
Kritik oto kritik kaum utopis dan realis dapat kita lihat melalui beberapa gambaran dibawah ini :
1.Keinginan Bebas dan Kepastian
Pertentangan antara kaum utopis dan realis adalah pertentangan antara keinginan bebas dan kepastian, kaum utopis memerlukan kaum sukarelawan ; dia percaya akan adanya penolakan secara radikal dan untuk melakukan keinginannya dia berangan–angan, sedangkan kaum realis menganalisa rangkaian kejadian dan perkembangan yang mana dia tidak berdaya untuk mengubahnya, bagi kaum realis ‘ kebenaran filsafat selalu datang terlambat ‘ untuk mengubah dunia. Dengan maksud dari pada filsafat susunan lama tidak dapat diremajakan lagi, tetapi hanya mengetahui.
Kaum utopis mengarahkan pandangannya kemasa yang akan datang, kaum realis menggali masa lalu didalam mencari penyebab. Semua tingkah laku manusia yang sehat dan semua pemikiran yang sehat harus membentuk keseimbangan antara cita-cita dan kenyataan, antara keinginan bebas dan kepastian. Hal ini adalah sifat dari titik tolak pertentangan kaum utopis yang sederhana dan kaum realis yang bersih.
2.Teori dan Praktek
Pertentangan antara kaum utopis dan realis juga sama halnya dengan pertentangan antara teori dan praktek. Kaum utopis membuat teori politik suatu peraturan yang praktek politik harus menyesuaikannya, sedangkan kaum realis berpandangan bahwa teori politik sebagai suatu jenis kodifikasi dari praktek politik. Hubungan antara teori dan praktek telah diakui dalam tahun-tahun terakhir sebagai salah satu masalah-masalah pokok dari pemikiran politik. Kaum utopis dan realis memutarbalikkan hubungan ini, kaum utopis pada dasarnya mengakui saling ketergantungan antara maksud dan kenyataan.
Kemurnian pikiran praktis secara teoritis berkembang dari pikiran yang sadar serta bijaksana atau langsung bertemu dengan masyarakat. Ilmu politik harus didasarkan pada penghargaan saling ketergantungan antara teori dan praktek, yang mana hanya dapat diperoleh dengan mengkombinasikan yang utopis dan yang realis.
3.Kiri dan Kanan
Pertentangan antara utopis dan realis, teori dan praktek, selanjutnya dilahirkan kembali dalam bentuk pertentangan antara golongan radikal dan golongan konservatif ( yang berpendirian kolot ), ‘ kiri dan kanan ‘. Golongan radikal biasanya utopis dan golongan konservatif biasanya realis. Cendikiawan, orang-orang terpelajar akan cenderung ke ‘ kiri ‘ dan orang lapangan / praktisi akan cenderung ke ‘ kanan “ .
Dalam teori ‘ Kanan ‘ cenderung lemah dan akan menderita karena sifat ketertutupannya akan ide-ide, sedangkan kelemahan dari ‘ kiri ‘ adalah kegagalan untuk menterjemahkan teorinya kedalam praktek. ‘ Kiri ‘ mempunyai alasan-alasan ( Vernunft ), sedangkan ‘ kanan ‘ mempunyai kebijaksanaan ( Verstand ) .
4.Etika dan Politik
Dasar pertentangan terbesar dari aliran utopis dan realis berakar pada perbedaan konsepsi dari hubungan antara politik dan etika. Pertentangan antara nilai dan sifat dasar sudah termasuk dalam pembagian ini. Kaum utopis mengadakan suatu standar etika yang diarahkan menjadi politik independent, dan mereka mencoba menyesuaikan politik dengan standar etika tersebut. Kaum realis tidak dapat menerima secara logika setiap nilai standar.
Dalam pandangannya, kaum utopis mutlak harus didikte oleh standar sosial, moralitas hanya merupakan perbandingan yang tidak universal. Etika harus diterjemahkan dalam politik dan mencari norma untuk etika diluar politik hanya akan membuat frustasi. Kaum realis beranggapan bahwa tidak ada kebaikan selain menerima dan memahami realitas.
Dengan referensi yang berbeda dalam tinjauan pustaka, secara substansi memiliki kesamaan analisa dalam mengakaji sebuah aliran pemikiran dan memberikan kontribusi pemahaman dalam menghasilkan sebuah tulisan ilmiah yang konfrehensif dan tidak terjadi pengaburan makna didalamnya. Teori-teori Tentang Timbulnya Negara, Menuju Rekonstruksi Teori Sosial Kritis serta Kritik oto Kritik Kaum Utopis dan Kaum Realis merupakan tinjauan referensi yang secara pola alur pemikiran memiliki kesamaan pandang secara substansi terhadap kajian ilmiah yang ingin penulis bangun.
Aliran pemikiran yang muncul sebagai bentuk kritik bahkan anti tesis dari aliran-aliran pemikiran terdahulu, merupakan keniscayaan yang hakiki dalam perjalanan keilmiahan sebuah ilmu pengetahuan yang ingin dikembangkan untuk menjadi ideologi bagi setiap individu, kelompok bahkan negara. Dalam posisi mencari keobjektifan sebuah ilmu, haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan keilmiahan yang bersandar pada kondisi riil yang terjadi dilapangan.
Pandangan-pandangan yang muncul dalam mencari jawaban terhadap fenomena ekonomi, sosial politik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, pada akhirnya akan menjadi sebuah aliran pemikiran dan pada perkembangannya akan mendapatkan kritikan, revisi bahkan dekonstruksi dari aliran pemikiran baru dan niscaya akan terus terjadi pembangunan teori, kritikan dan revisi akan demikian seterusnya untuk mencari keobjektifan ilmu pengetahuan.
*selesai*
Dasar pertentangan terbesar dari aliran utopis dan realis berakar pada perbedaan konsepsi dari hubungan antara politik dan etika. Pertentangan antara nilai dan sifat dasar sudah termasuk dalam pembagian ini. Kaum utopis mengadakan suatu standar etika yang diarahkan menjadi politik independent, dan mereka mencoba menyesuaikan politik dengan standar etika tersebut. Kaum realis tidak dapat menerima secara logika setiap nilai standar.
Dalam pandangannya, kaum utopis mutlak harus didikte oleh standar sosial, moralitas hanya merupakan perbandingan yang tidak universal. Etika harus diterjemahkan dalam politik dan mencari norma untuk etika diluar politik hanya akan membuat frustasi. Kaum realis beranggapan bahwa tidak ada kebaikan selain menerima dan memahami realitas.
Dengan referensi yang berbeda dalam tinjauan pustaka, secara substansi memiliki kesamaan analisa dalam mengakaji sebuah aliran pemikiran dan memberikan kontribusi pemahaman dalam menghasilkan sebuah tulisan ilmiah yang konfrehensif dan tidak terjadi pengaburan makna didalamnya. Teori-teori Tentang Timbulnya Negara, Menuju Rekonstruksi Teori Sosial Kritis serta Kritik oto Kritik Kaum Utopis dan Kaum Realis merupakan tinjauan referensi yang secara pola alur pemikiran memiliki kesamaan pandang secara substansi terhadap kajian ilmiah yang ingin penulis bangun.
Aliran pemikiran yang muncul sebagai bentuk kritik bahkan anti tesis dari aliran-aliran pemikiran terdahulu, merupakan keniscayaan yang hakiki dalam perjalanan keilmiahan sebuah ilmu pengetahuan yang ingin dikembangkan untuk menjadi ideologi bagi setiap individu, kelompok bahkan negara. Dalam posisi mencari keobjektifan sebuah ilmu, haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan keilmiahan yang bersandar pada kondisi riil yang terjadi dilapangan.
Pandangan-pandangan yang muncul dalam mencari jawaban terhadap fenomena ekonomi, sosial politik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, pada akhirnya akan menjadi sebuah aliran pemikiran dan pada perkembangannya akan mendapatkan kritikan, revisi bahkan dekonstruksi dari aliran pemikiran baru dan niscaya akan terus terjadi pembangunan teori, kritikan dan revisi akan demikian seterusnya untuk mencari keobjektifan ilmu pengetahuan.
*selesai*
No comments: