Bangsa Indonesia, yaitu rakyat Indonesia, merebut kemerdekaannya lewat revolusi. Dengan revolusi saya tidak hanya bicarakan engkat bambu rucing dan senapan selama 1945-49 melawan tentara kolonial Belanda yang mendarat kembali di bumi Indonesia. Tidak, revolusi jauh lebih daripada senjata dan tembakannya. Revolusi adalah perjuangan yang mencakup berbagai cara berjuang dan sebuah perjuangan yang dahsyat dalam kreativitasnya. Revolusi Indonesia mulai pada awal abad 20.
Persis kapan itu mulai?
Mungkin dengan muncuknya Koran Tirto Adhisuryo, Medan Priyayi, atau dengan berlembangnya Sarekat Islam, atau dengan deklarasi kebangsaan Sumpah Pemuda. Silahkan memperdebatkan kapan persisnya mulai. Tetapi setelah mulai maju terus. Dan senjatanya bukan bambu runcing atau senjata. Senjata utamanya adalah ide. Ide kemerdekaan itu sendiri; ide kesamaratan bangsa-bangsa sedunia, ide-ide yang terkandung dalam pengertian baru tentang sejarah ummat manusia dengan revolusi-revolusi besarnya di dunia Arab, di Eropa, di Amerika, di Rusia dan di Asia. Awal abad 20 adalah zamannya revolusi-revolusi, perlawanan terhadap berbagai bentuk penindasan dan ekxploitisasi – feodalisme, capitalisme dan kolinalisme.
Tetapi ide, yang memang adalah senjata utama setiap revolusi pembebasan, membutuhkan senjata yang bisa tembakkan ide ke dalam tengah-tengah masyarakat, supaya ide-ide dipertimbangkan, dipelajari, diperdebtakan dan kemudian dicernakan dan diambil sebagai bagian dari alat memandang duni dan alat untuk membantu perjuangan merubah situasi. Dalam sejarah revolusi Indonesia senjata-senjata penembak ide ini ialah rapat massa di dalam gedung (vergadering), surat kabar, majalah, buku, selebaran, demonstrasi, pawai, pemogokan, spanduk dan boikot. Adalah dengan alat-alat ini kesadaran kebangsaan, kesadaran klerakyatan dan kesadaran revolusioner berhasil dibentuk sehingga rakyat bisa membangunkan kekuatan untuk mengalahkan Belanda. Sebelum bambu runcing atau senjata bisa diangkat, atau kereta api dimogokin, pasukan harus dibentuk dulu.
Pasukan ini adalah pasukan rakyat yang disatukan oleh ide.
Bukan Pertama Kali
Selama Orde baru dan juga sekarang pembangunan Indonesia semakin dikuasai oleh kekuatan ekonomi asing dan dibebani dengan semakin besar hutang luar negeri. Tetapi ini bukan pertama kali kemerdekaan Indonesia dikungkung oleh neo-kolonialisme ini. Pada tahun 1950an: vergardering, rapat massa, dan semua senjata revolusi lain juga digerakkan untuk melawan dominasi ekonomi asing dan hutang luar negeri.
Merdeka adalah ide pertama yang menyatukan rakyat Indonesia. Tetapi sejak semual kata MERDEKA mengandung banyak ide lain. MERDEKA adalah jembatan emas menuju keadilan dan kemakmuran. Rakyat disatukan oleh ide merdeka karena ide itu menggambarkan sebuah pengertian tentang realitas. Merdeka bukan sebuah konsep abstrak. MERDEKA berarti mempunyai negeri dan negara sendiri, tidak lagi dikuasia oleh kekuasaan bermental rasis, bertindakan eksploitatif dan memerintah secara diktator. Tetapi MERDEKA juga berarti menghilangkan eksploitasi, membuka kemerdekaan berpolitik dan membangun ekonomi dan budaya supaya tidak hanya formal kesamarataan dengan bangsa dan negara lain tetapi secara riil juga.
Tetapi pemerintah konservatif yang menguasai kabinet Republik Indonesia pada tahun sudah berkompromi dengan kekuatan kolonial. Belanda boleh mempertahankan perusahaannya yang sudah dibangun selama zaman kolonial sebagai hasil exploitisasi dan dominasi kolonialnya. Seluruh sektor modern dari ekonomi kembali dikuasai kekuatan neo-kolonial. Bukan saja itu. Pemerintah Hatta-Sjahrir ini juga menyetujui bahwa rakyat Indonesia harus bayar kompensasi pada Belanda untuk menutupi kerugian anggaran negara Belanda akibat 4 tahun melakukan perang terhadap rakyat dan bangsa Indonesia! Sehingga pada tahun 1949, Indonesia sudah berhutang luar negeri berjuta-juta dollar. Juga sebagian dari Hindia Belanda, Papua dibiarkan di dalam tangan penguasa kolonial.
Tetapi selama 1949-1957 banyak dari rakyat tidak tinggal diam dan tidak terima situasi ini. Sebuah front nasional untuk merebut kembali Irian Barat dibangun. Semakin lama jutaan orang terlibat. Perjuangan merebut kembali Irian Barat adalah sebuah perjuangan gerakan massa yang terus meningkat desakan terhadaop pemerintah Indonesia untuk lebih giat memperjuangkan kemerdekaan Papua sebagai bagian dari Indonesia. Tetapi gerakan massa ini tidak sekedar terfokus pada Irian. Dengan sendirinya gerakan ini mempertajam fokus rakyat pada kenyataan bahwa ekonomi Indonesia masih ditangan Belanda dan bahwa negeri masih dibebani hutang negeri yang tidak adil.
Tuntutan atas nasionalisasi perusahaan Belanda dan pemutihan hutang luar negeri juga meningkat. Organisasi-organisasi kerakyatan, seperti serikat buruh, semakin giat, begitu juga partai-partai nasionalis dan kiri.
Pada tahun 1957, kaum buruh di perusahaan Bealnda bergerak dan menduduki perusahaannya. Boss-boss Belanda dipersilahkan berangkat. Dengan segera DPR mengesahkan tindakan ini dan semua perusahaannya dinasionalisikan. Sisa hutang negeri pada Belanda (sebgain memang sudah dibayar) diputihkan.
Pada tahun 1958 bisa dikatakan bahwa Indonesia berdaulat penuh terhadap ekonominya dan tidak mempunyai hutang luar negeri yang berarti.
Sudah dilakukan satu kali. Rupanya akan perlu diulang di zaman globalisasi ini.
Mengalahkan penjajahan nekolim punya tidak selesaikan masalah.
Pengalaman sesudah tahun 1958, juga menunjukkan bahwa memenangkan kemerdekaan formal (selesai direbut tahun 1949) disertai dengan mengusir kekuatan kolonial dari medak ekonomi (1956-57) tidak selesaikan masalah. 1958 Indonesia berdaulat terhadap ekonominya. Tetapi kekuatan neo-kolonial tetap menguasai ekonomi dunia, dan Indonesia mau tak mau tidak bisa lepas dari ekonomi dunia ini. Kekuatan neo-kolonial (imperialis) tetap menyerang. Pemerintahan Amerika Serikat dan Australia membantu gerakan PRRI dengan senjatai. IMF dan Bank Dunia kirim delegasi ke Indonesia tahun 1962 mendesak Indoensia kembali ke ekonimi liberal, yaitu bersatu dengan ekonomi dunia dengan terima dikte-dikte kondisi dari Washington, London dan Tokyo. Pemerintah Amerika Serikat dan Inggeris raya terus-menerus membangun hubungan secara diam-diam dengan teman-temannya di tubuh angkatan bersenjata yang terbuka untuk terim akembali kedudukan sebagai negeri dibawah dominasi nekolim. Militer sendiri lagi memperkuat kedudukan sesuadh bisa memanfaatkan keadaan darurat militer untuk merebut banyak jabatan sebagai boss bekas perusahaan Belanda.
Adalah persekutuan ini – kekuatan nekolim berpusat di Washington dengan sebagian elemen tentara yang sanggup menjadi komprador pihak nekolim yang mendirikan Orde Baru, menindas gerakan pembebasan nasional yang anti-nekolim dan membuk apinta mengundang nekolim masuk kembali. Mula-mula nekolin ini dibatas-batasi sedikit untuk memberi ruang element-elemen tentara ini, serta kroninya, membangun konglomerat bisnisnya sendiri. Tetapi mau tak mau dengan jalan itu ekonomi Indonesia kehilangan integritasnya dan manjadi bagian dari sebuah ekonomi dan pasar dunia yang dikuasai Washington, London, Berlin, Tokyo, Canberra dan lain-lain.
Pada tahun 1997 ketergantungan ekonomi Indonesia pada kepentingan asing mejadi terbuka untuk semua orang melihat. Akibat faktor eksternal, ekonomi Indonesia runtuh dan belum bisa pulih. Dalam situasi ini, pihak kapitalis asing memperbesar lagi kekuasaannya melalu berbagai persetujuan baru dengan IMF.
Selamat tinggal kedaulatan.
Untuk kedua kali dalam sejarah kita harus rebut kembali kedaulatan nasional di bidang ekonomi. Dulu bisa, sekarang pasti bisa juga. Dulu pakai gerakan massa, juga sekarang itulah yangharus menjadi cara berjuang kita.
Tetapi juga kita harus ambil pelajaran dari pengalaman dulu. Pertama, kedualatan harus betul-betul ditangan rakyat dan organisasi-organisasinya. Kedua, perjuangan melawan nekolim tidak akan berhenti di sana. Mereka terus mengepung kita dan berusaha membatasi ruang gerak kita dan bahkan akan berusaha kembali berkuasa**
Persis kapan itu mulai?
Mungkin dengan muncuknya Koran Tirto Adhisuryo, Medan Priyayi, atau dengan berlembangnya Sarekat Islam, atau dengan deklarasi kebangsaan Sumpah Pemuda. Silahkan memperdebatkan kapan persisnya mulai. Tetapi setelah mulai maju terus. Dan senjatanya bukan bambu runcing atau senjata. Senjata utamanya adalah ide. Ide kemerdekaan itu sendiri; ide kesamaratan bangsa-bangsa sedunia, ide-ide yang terkandung dalam pengertian baru tentang sejarah ummat manusia dengan revolusi-revolusi besarnya di dunia Arab, di Eropa, di Amerika, di Rusia dan di Asia. Awal abad 20 adalah zamannya revolusi-revolusi, perlawanan terhadap berbagai bentuk penindasan dan ekxploitisasi – feodalisme, capitalisme dan kolinalisme.
Tetapi ide, yang memang adalah senjata utama setiap revolusi pembebasan, membutuhkan senjata yang bisa tembakkan ide ke dalam tengah-tengah masyarakat, supaya ide-ide dipertimbangkan, dipelajari, diperdebtakan dan kemudian dicernakan dan diambil sebagai bagian dari alat memandang duni dan alat untuk membantu perjuangan merubah situasi. Dalam sejarah revolusi Indonesia senjata-senjata penembak ide ini ialah rapat massa di dalam gedung (vergadering), surat kabar, majalah, buku, selebaran, demonstrasi, pawai, pemogokan, spanduk dan boikot. Adalah dengan alat-alat ini kesadaran kebangsaan, kesadaran klerakyatan dan kesadaran revolusioner berhasil dibentuk sehingga rakyat bisa membangunkan kekuatan untuk mengalahkan Belanda. Sebelum bambu runcing atau senjata bisa diangkat, atau kereta api dimogokin, pasukan harus dibentuk dulu.
Pasukan ini adalah pasukan rakyat yang disatukan oleh ide.
Bukan Pertama Kali
Selama Orde baru dan juga sekarang pembangunan Indonesia semakin dikuasai oleh kekuatan ekonomi asing dan dibebani dengan semakin besar hutang luar negeri. Tetapi ini bukan pertama kali kemerdekaan Indonesia dikungkung oleh neo-kolonialisme ini. Pada tahun 1950an: vergardering, rapat massa, dan semua senjata revolusi lain juga digerakkan untuk melawan dominasi ekonomi asing dan hutang luar negeri.
Merdeka adalah ide pertama yang menyatukan rakyat Indonesia. Tetapi sejak semual kata MERDEKA mengandung banyak ide lain. MERDEKA adalah jembatan emas menuju keadilan dan kemakmuran. Rakyat disatukan oleh ide merdeka karena ide itu menggambarkan sebuah pengertian tentang realitas. Merdeka bukan sebuah konsep abstrak. MERDEKA berarti mempunyai negeri dan negara sendiri, tidak lagi dikuasia oleh kekuasaan bermental rasis, bertindakan eksploitatif dan memerintah secara diktator. Tetapi MERDEKA juga berarti menghilangkan eksploitasi, membuka kemerdekaan berpolitik dan membangun ekonomi dan budaya supaya tidak hanya formal kesamarataan dengan bangsa dan negara lain tetapi secara riil juga.
Tetapi pemerintah konservatif yang menguasai kabinet Republik Indonesia pada tahun sudah berkompromi dengan kekuatan kolonial. Belanda boleh mempertahankan perusahaannya yang sudah dibangun selama zaman kolonial sebagai hasil exploitisasi dan dominasi kolonialnya. Seluruh sektor modern dari ekonomi kembali dikuasai kekuatan neo-kolonial. Bukan saja itu. Pemerintah Hatta-Sjahrir ini juga menyetujui bahwa rakyat Indonesia harus bayar kompensasi pada Belanda untuk menutupi kerugian anggaran negara Belanda akibat 4 tahun melakukan perang terhadap rakyat dan bangsa Indonesia! Sehingga pada tahun 1949, Indonesia sudah berhutang luar negeri berjuta-juta dollar. Juga sebagian dari Hindia Belanda, Papua dibiarkan di dalam tangan penguasa kolonial.
Tetapi selama 1949-1957 banyak dari rakyat tidak tinggal diam dan tidak terima situasi ini. Sebuah front nasional untuk merebut kembali Irian Barat dibangun. Semakin lama jutaan orang terlibat. Perjuangan merebut kembali Irian Barat adalah sebuah perjuangan gerakan massa yang terus meningkat desakan terhadaop pemerintah Indonesia untuk lebih giat memperjuangkan kemerdekaan Papua sebagai bagian dari Indonesia. Tetapi gerakan massa ini tidak sekedar terfokus pada Irian. Dengan sendirinya gerakan ini mempertajam fokus rakyat pada kenyataan bahwa ekonomi Indonesia masih ditangan Belanda dan bahwa negeri masih dibebani hutang negeri yang tidak adil.
Tuntutan atas nasionalisasi perusahaan Belanda dan pemutihan hutang luar negeri juga meningkat. Organisasi-organisasi kerakyatan, seperti serikat buruh, semakin giat, begitu juga partai-partai nasionalis dan kiri.
Pada tahun 1957, kaum buruh di perusahaan Bealnda bergerak dan menduduki perusahaannya. Boss-boss Belanda dipersilahkan berangkat. Dengan segera DPR mengesahkan tindakan ini dan semua perusahaannya dinasionalisikan. Sisa hutang negeri pada Belanda (sebgain memang sudah dibayar) diputihkan.
Pada tahun 1958 bisa dikatakan bahwa Indonesia berdaulat penuh terhadap ekonominya dan tidak mempunyai hutang luar negeri yang berarti.
Sudah dilakukan satu kali. Rupanya akan perlu diulang di zaman globalisasi ini.
Mengalahkan penjajahan nekolim punya tidak selesaikan masalah.
Pengalaman sesudah tahun 1958, juga menunjukkan bahwa memenangkan kemerdekaan formal (selesai direbut tahun 1949) disertai dengan mengusir kekuatan kolonial dari medak ekonomi (1956-57) tidak selesaikan masalah. 1958 Indonesia berdaulat terhadap ekonominya. Tetapi kekuatan neo-kolonial tetap menguasai ekonomi dunia, dan Indonesia mau tak mau tidak bisa lepas dari ekonomi dunia ini. Kekuatan neo-kolonial (imperialis) tetap menyerang. Pemerintahan Amerika Serikat dan Australia membantu gerakan PRRI dengan senjatai. IMF dan Bank Dunia kirim delegasi ke Indonesia tahun 1962 mendesak Indoensia kembali ke ekonimi liberal, yaitu bersatu dengan ekonomi dunia dengan terima dikte-dikte kondisi dari Washington, London dan Tokyo. Pemerintah Amerika Serikat dan Inggeris raya terus-menerus membangun hubungan secara diam-diam dengan teman-temannya di tubuh angkatan bersenjata yang terbuka untuk terim akembali kedudukan sebagai negeri dibawah dominasi nekolim. Militer sendiri lagi memperkuat kedudukan sesuadh bisa memanfaatkan keadaan darurat militer untuk merebut banyak jabatan sebagai boss bekas perusahaan Belanda.
Adalah persekutuan ini – kekuatan nekolim berpusat di Washington dengan sebagian elemen tentara yang sanggup menjadi komprador pihak nekolim yang mendirikan Orde Baru, menindas gerakan pembebasan nasional yang anti-nekolim dan membuk apinta mengundang nekolim masuk kembali. Mula-mula nekolin ini dibatas-batasi sedikit untuk memberi ruang element-elemen tentara ini, serta kroninya, membangun konglomerat bisnisnya sendiri. Tetapi mau tak mau dengan jalan itu ekonomi Indonesia kehilangan integritasnya dan manjadi bagian dari sebuah ekonomi dan pasar dunia yang dikuasai Washington, London, Berlin, Tokyo, Canberra dan lain-lain.
Pada tahun 1997 ketergantungan ekonomi Indonesia pada kepentingan asing mejadi terbuka untuk semua orang melihat. Akibat faktor eksternal, ekonomi Indonesia runtuh dan belum bisa pulih. Dalam situasi ini, pihak kapitalis asing memperbesar lagi kekuasaannya melalu berbagai persetujuan baru dengan IMF.
Selamat tinggal kedaulatan.
Untuk kedua kali dalam sejarah kita harus rebut kembali kedaulatan nasional di bidang ekonomi. Dulu bisa, sekarang pasti bisa juga. Dulu pakai gerakan massa, juga sekarang itulah yangharus menjadi cara berjuang kita.
Tetapi juga kita harus ambil pelajaran dari pengalaman dulu. Pertama, kedualatan harus betul-betul ditangan rakyat dan organisasi-organisasinya. Kedua, perjuangan melawan nekolim tidak akan berhenti di sana. Mereka terus mengepung kita dan berusaha membatasi ruang gerak kita dan bahkan akan berusaha kembali berkuasa**
No comments: