internasional

nasional

cerita

» » Apa itu Imperialisme dan Bagaimana Melawannya? Ditulis oleh: Ted Sprague (Bagian Pertama)


Indonesia, seperti banyak negara-negara Dunia Ketiga lainnya, berada di bawah dominasi kapital asing lewat investasi-investasi mereka dan perangkat-perangkat internasional seperti IMF, Bank Dunia, Asian Bank Development, dan banyak lainnya. Selama ratusan tahun, sejak jaman penjajahan Belanda sampai hari ini, kekayaan alam kita diborong ke luar untuk memperkaya kapitalis-kapitalis asing. Buruh kita diperas keringatnya lewat politik upah murah untuk memproduksi produk-produk merek luar negeri. Pemerintahan kita lemah di hadapan negara-negara besar. Hutang luar negeri yang begitu besar membuat bangsa kita bergantung pada belas kasihan IMF dan Bank Dunia. Inilah potret kenyataan Indonesia di dalam percaturan politik dan ekonomi dunia.

Namun, potret ini hanyalah satu gambaran permukaan saja, dan ini tidak lengkap. Bila kita bersandar hanya pada gambaran di atas tanpa memahami perkembangan imperialisme, maka kita akan terjebak pada sentimen anti-imperialisme yang vulgar yang bukannya membawa kita lebih dekat pada pembebasan nasional yang sesungguhnya tetapi justru menjadi halangan terbesar bagi perjuangan anti-imperialisme. Sayangnya, sejarah perjuangan kita penuh dengan kegagalan dalam memahami karakter imperialisme yang sesungguhnya.
Dengan dalih bahwa Indonesia didominasi oleh kapital asing, maka kesimpulan yang diambil oleh sejumlah kaum Kiri adalah bahwa imperialisme oleh karenanya adalah musuh utama rakyat hari ini. Pembebasan nasional menjadi agenda utama dan perjuangan kelas menjadi sekunder dan dikesampingkan. Elemen-elemen nasionalis – darimanapun ia datang, apa dari kapitalis nasional atau bahkan militer – harus dirangkul dan dijadikan sekutu dalam sebuah front nasional. Kebijakan yang diadopsi adalah kolaborasi kelas atas nama melawan modal asing, dimana perjuangan kelas buruh dan tani dilumpuhkan demi front nasional dengan kapitalis nasional. Yang lebih parah adalah ketika para Kiri ini menggunakan nama Marx, Engels, dan Lenin untuk membenarkan taktik front nasional yang oportunis ini. Inilah mengapa kita harus kembali lagi ke dasar-dasar Marxisme untuk memahami apa itu imperialisme sesungguhnya.
Karya ini bermaksud memberikan gambaran yang lengkap mengenai imperialisme. Dimulai dari memahami kapitalisme dan perkembangannya secara historis, kita akan dapat memahami bagaimana imperialisme lahir. Kita akan dapat memahami bagaimana, seperti kata Lenin, imperialisme itu adalah tahapan tertinggi kapitalisme.
Kelahiran Kapitalisme
Lenin dengan ringkas menjelaskan bahwa imperialisme adalah tahapan tertinggi kapitalisme. Yang dimaksud dengan Lenin adalah bahwa imperialisme itu adalah kapitalisme pada periode hari ini. Dari sini saja sudah jelas kalau perjuangan melawan imperialisme tidak bisa dipisahkan dari perjuangan melawan kapitalisme.
Untuk memahami imperialisme, yang merupakan tahapan tertinggi kapitalisme, maka kita harus memahami kapitalisme pada tahapan terendahnya, atau kapitalisme pada kelahirannya. Seperti halnya kita ingin memahami secara penuh seorang yang sudah dewasa, kita juga harus memahami masa mudanya – bahkan dari kelahirannya. Kita ingin tahu siapa orang tua dia, dimana dia dilahirkan dan kapan, bagaimana cara dia dibesarkan, masa remajanya seperti apa, dsbnya. Inilah mengapa tidak ada buku biografi yang hanya merekam hidup seorang saat dia sudah dewasa.
Kapitalisme lahir ketika sistem feodalisme sudah menjadi hambatan bagi perkembangan kekuatan produksi manusia. Feodalisme dengan mode produksi yang berbasiskan tanah perlahan-lahan kalah bersaing dengan mode produksi manufaktur yang berbasiskan pabrik, yang jauh lebih produktif. Kekuatan baru lahir dari dalam masyarakat feodal, yakni kelas-kelas pedagang dan kapitalis. Merekalah yang akhirnya menumbangkan tatanan masyarakat feodal yang mencekik mereka karena tatanan masyarakat feodal yang tidak demokratis dan konservatif adalah halangan bagi perkembangan kapitalisme yang membutuhkan kebebasan dalam semua aspek kehidupan: politik, ekonomi, sosial, dan sains.
Kemajuan sains sangatlah penting bagi perkembangan teknologi yang dibutuhkan oleh mode produksi manufaktur yang menggunakan mesin-mesin. Di bawah feodalisme, ilmu alam dan sains dicekik karena monarki dan Gereja -- yang merupakan kekuatan politik besar -- merasa terancam kedudukannya. Sains mengajarkan hukum logika, yang tidak bisa tidak menyerang doktrin Gereja bahwa ada makhluk gaib di atas sana yang memberikan kekuasaan absolut kepada satu dua orang. Inilah mengapa dalam sejarah revolusi borjuis demokratik – yakni revolusi kapitalis – kita temui semua ilmuwan dan pakar sains ada di sisi revolusi.
Fitur utama kapitalisme adalah persaingan bebas antar kapitalis. Hanya dengan terus berkompetisi, para kapitalis bisa mengembangkan teknologi. Mereka yang tidak terus berinovasi akan kalah. Inilah mengapa kapitalisme jauh lebih progresif daripada feodalisme, karena ia terus tumbuh. Sistem pemerintahan feodal adalah sistem yang berdasarkan kesewang-wenangan absolut. Posisi seseorang ditentukan oleh keturunan (dari keluarga bangsawan mana dia datang) dan bukan oleh kesuksesan pribadinya. Tidak ada kepastian hukum akan hak-hak dasar seorang penduduk. Tidak ada demokrasi. Tidak ada perlindungan hukum. Ini semua tidak kondusif bagi kapitalisme, sehingga dibutuhkan sebuah negara republik yang demokratis.
Selain itu kapitalisme membutuhkan sebuah pasar nasional dengan undang-undang perdagangan yang sama. Di bawah feodalisme, tiap-tiap kota dan daerah punya aturan tersendiri dan pajak tersendiri, sehingga ini menyulitkan kaum pedagang. Ada raja-raja kecil di tiap-tiap kota yang menjadi parasit, yang bertindak sewenang-wenang. Kapitalisme yang bersifat ekspansif dan dinamis tidak bisa terkekang oleh kerangka feodal yang kaku. Pembentukan negara bangsa oleh karenanya juga menjadi tugas utama dari revolusi borjuis demokratik, demi terbentuknya pasar nasional. Negara bangsa adalah sebuah fenomena baru di dalam sejarah manusia. Di jaman feodalisme, rakyat mengabdi bukan pada bangsa tetapi kepada bangsawan, kota, dan daerah.
Pembebasan kaum tani – atau reforma agraria – juga menjadi tugas penting bagi lahirnya kapitalisme. Ini bukan karena kaum kapitalis peduli pada nasib kaum tani, tetapi didikte oleh logika kapitalisme itu sendiri. Kapitalisme, yang sistem produksinya berbasis pabrik, membutuhkan tenaga kerja – atau buruh – yang bebas bergerak. Sementara di bawah feodalisme, kaum tani terikat pada tanah dan tuan bangsawan mereka. Kaum tani atau hamba tidak boleh meninggalkan tanah mereka. Oleh karenanya kaum tani harus dibebaskan dari ikatan feodal mereka mereka supaya mereka dapat pindah ke kota-kota dan menjadi tenaga buruh. Selain itu, untuk menyerang kaum bangsawan, cara terbaik adalah membagi-bagikan tanah mereka – yang merupakan sumber kekuatan ekonomi kaum bangsawan – kepada kaum tani yang lama telah menjadi hamba mereka. Ini juga memberikan dukungan besar dari kaum tani kepada revolusi borjuis demokratik. Dengan reforma agraria ini, kaum kapitalis mendapatkan banyak keuntungan: dukungan politik dari kaum tani, melemahkan musuh mereka, dan tenaga kerja buruh.
Dari sini, maka kita bisa meringkas bahwa sejumlah tugas penting kaum borjuasi nasional di dalam revolusi borjuis demokratik, dalam usaha mereka untuk membentuk kapitalisme, adalah:
1) Pembentukan republik demokratis, menggantikan monarki
2) Pembentukan negara bangsa
3) Reforma agraria

About Dodoy Kudeter

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply