internasional

nasional

cerita

» »Unlabelled » Apa itu Imperialisme dan Bagaimana Melawannya? ( Bagian Ketiga )

Usaha sia-sia menanggulangi monopoli

Monopoli hari ini telah menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan dan diakui oleh semua ekonom besar borjuis. Mereka-mereka yang mengatakan sebaliknya adalah seorang penipu atau seorang dungu. Akan tetapi, para kapitalis tidak dapat mengakui dengan terus terang kalau persaingan bebas -- yang merupakan pilar dari kapitalisme -- sudah bertekuk lutut di hadapan monopoli. Konsep persaingan bebas bukan hanya pilar ekonomi kapitalisme tetapi juga pilar ideologinya, yakni bahwa dengan saling berkompetisi tiap-tiap manusia akan menjadi semakin lebih baik. Setiap orang yang berusaha dan bekerja keras akan punya kesempatan untuk berhasil dan menjadi pemenang. Manusia yang individualis, yang berdiri untuk kepentingan dirinya sendiri, yang terus bersaing dengan sesamanya dengan bebas, inilah manusia yang sempurna dalam ideologi kapitalisme. Sosialisme, di lain pihak, dianggap sebagai sesuatu yang bertentangan dengan karakter alami manusia yang individualis dan ingin terus bersaing bebas. Sosialisme, yang menyediakan program-program sosial dan memastikan semua orang dapat bekerja dengan gaji yang layak, akan mematikan karakter manusia untuk terus memperbaiki dirinya dan membuat manusia menjadi malas, bodoh, dan terbelakang. Hanya dengan persaingan bebas maka umat manusia dapat menjadi lebih baik.

Oleh karenanya mengakui dominasi monopoli berarti mengakui bahwa kapitalisme hari ini sudah tidak ada nilai progresifnya lagi. Ternyata apa yang disebut karakter alami manusia untuk bersaing bebas tidak bisa menghentikan laju kapitalisme menuju monopoli, yang pada gilirannya berarti bahwa tidak ada yang namanya itu karakter alami manusia untuk menjadi makhluk yang individualis dan saling bersaing seperti binatang liar. Pada kenyataannya, tidak ada yang namanya karakter alami manusia. Kesadaran manusia ditentukan oleh keberadaan sosialnya, oleh mode produksi dominan yang ada.
Oleh karenanya, tidak jarang kita temui sejumlah kapititalis -- lewat ideolog mereka -- yang mengeluh mengenai monopoli. Mereka berusaha mengimplementasikan berbagai undang-undang anti-monopoli dan berharap dapat kembali ke masa muda kapitalisme dimana tiap-tiap kapitalis punya kesempatan yang sama dalam persaingan bebas. Akan tetapi, harapan dari jutaan kapitalis kecil ini hanyalah mimpi belaka. Mereka tidak bisa memutar balik roda sejarah. Bahkan pada kenyataannya, para kapitalis kecil ini berharap kalau mereka sendirilah yang menjadi monopoli besar. Mereka hanya kecewa tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk menjadi monopoli besar.
Pemikiran kaum kaum borjuis kecil ini juga merasuki pemikiran-pemikiran Kiri. Sejumlah kaum Kiri borjuis-kecil berpikir kalau masalah utama di dalam kapitalisme adalah para korporasi raksasa ini. Lantas kritik mereka terhadap kapitalisme hanya terbatas pada korporasi raksasa, tetapi tidak pada sistem kapitalisme itu sendiri. Melihat kejahatan-kejahatan besar yang dilakukan oleh korporasi-korporasi raksasa, mereka lantas mengagung-agungkan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, atau UKM. Perusahaan-perusahaan kecil-dan-menengah milik keluarga jadi model kapitalisme yang humanis dan baik hati. Segala yang raksasa dan modal asing adalah sumber dari kejahatan kapitalisme itu, sehingga perspektifnya adalah kembali ke periode awal kapitalisme dimana tidak ada dominasi korporasi raksasa dan modal asing.
Akan tetapi roda sejarah tidak bisa diputar kembali. Ada alasan mengapa di bawah kapitalisme akhirnya monopolilah yang mendominasi. Ini karena ekonomi-skala-besar secara umum lebih efisien dan produktif dibandingkan ekonomi-skala-kecil. Tidak mungkin pedagang-pedagang kecil dapat membangun gedung-gedung besar, membangun dam raksasa, pesawat terbang, kapal tanker, produksi massal komputer dan barang-barang elektronik, dll. Semua ini membutuhkan konsentrasi produksi dan kapital. Ingin memutar roda sejarah kembali berarti ingin mencampakkan semua pencapaian umat manusia dan mengembalikan peradaban kita ke 200 tahun yang lalu. Kita harus melihat ke depan dan bukan ke belakang, bahwa justru konsentrasi produksi dan kapital ini harus direnggut dari segelintir pemiliknya dan diserahkan kepada rakyat pekerja. Kita akan kupas lebih lanjut solusi terhadap kapitalisme monopoli di bagian selanjutnya. Untuk sementara, mari kita lanjutkan diskusi kita mengenai imperialisme.
Bank dan Kapital Finans
“Monopoli! Ini adalah kata terakhir di dalam ‘tahapan tertinggi perkembangan kapitalisme’. Tetapi pemahaman kita akan kekuatan dan signifikansi monopoli moderen yang sesungguhnya tidak akan lengkap dan memadai kalau kita tidak mempertimbangkan peran yang dimainkan oleh bank-bank.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Bank memainkan peran yang penting di dalam kapitalisme monopoli hari ini. Seperti halnya kapitalisme yang telah berubah, peran bank juga telah berubah. Awalnya peran utama bank adalah sebagai penengah dalam transaksi pembayaran. Ia adalah tempat penyimpanan uang (dari kapitalis sendiri dan juga dari rakyat pekerja), dan dari uang yang tersimpan ini bank lalu dapat memberikan pinjaman kepada kapitalis yang membutuhkan modal. Peran awal bank adalah sebagai penengah dalam sirkulasi kapital.
Telah kita tunjukkan di atas bahwa kecenderungan kapitalisme adalah menuju konsentrasi kapital dan produksi, menuju monopoli. Ini terjadi juga di dalam industri perbankan, dimana bank-bank kecil tergerus dan tersisa segelintir bank-bank raksasa yang mendominasi. Bank-bank kecil yang masih ada pun tidak berdiri secara mandiri, tetapi menjadi semacam “cabang” dari bank-bank besar; seperti halnya banyak perusahaan-perusahaan kecil yang sebenarnya ada di bawah dominasi monopoli raksasa lewat berbagai cara: kepemilikan saham, kontrol suplai dan produksi, kredit, dll.
Dengan semakin terkonsentrasikannya perbankan, maka semakin krusial peran bank di dalam kapitalisme monopoli. Jumlah uang yang masuk ke tiap-tiap bank semakin besar karena hanya ada beberapa bank raksasa. Uang yang masuk bukan hanya dari korporasi besar saja, tetapi dari semua kapitalis – besar atau kecil – dan rakyat pekerja. Lewat segelintir bank ini, mayoritas kapital dari berbagai industri bergerak keluar masuk. Sebagai “penjaga pintu kapital”, bank memperoleh kendali bagaimana mendistribusikan kapital ini. Ia menentukan industri atau perusahaan mana yang akan mendapatkan kredit modal, dengan syarat-syarat apa saja.
Di sini kita bisa menyaksikan perubahaan kuantitas menjadi kualitas. Ketika bank masih kecil dan hanya memberikan pinjaman kredit kepada beberapa kapitalis, ia hanya melakukan fungsi yang murni teknis dan sekunder. Ketika ia menjadi besar dan bertanggungjawab memberikan kredit pada ribuan bahkan ratusan ribu kapitalis dari berbagai sektor -- dari korporasi raksasa sampai pengusaha menengah dan kecil -- maka segelintir bank monopoli ini menundukkan semua operasi ekonomi, komersial dan industrial, di bawah kehendaknya. Ini mereka lakukan dengan berbagai cara, yang dimungkinkan karena koneksi finansial mereka yang merambah seluruh industri, kontrol mereka dalam memberikan kredit, dan operasi-operasi finansial lainnya. Mereka dapat “dengan rinci menentukan posisi finansial dari berbagai kapitalis, dan kemudian mengontrol mereka, mempengaruhi mereka dengan mempersempit atau memperluas, memberikan atau menghentikan kredit, dan akhirnya sepenuhnya menentukan nasib mereka, menentukan pendapatan mereka, mengeringkan kapital mereka, atau mengijinkan mereka untuk meningkatkan kapital mereka dengan cepat dan besar, dsbnya.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Dengan ini, maka bank hari ini bukan lagi hanya penengah tetapi menjadi pengontrol distribusi kapital utama, atau lebih tepatnya pengontrol distribusi alat-alat produksi. Kalau dulunya bank hanya seperti koperasi simpan pinjam, hari ini ia telah menjadi investor besar yang menentukan jalannya ekonomi kapitalisme.
Pembentukan konglomerat seperti yang telah kita jelaskan di atas, sebagai bagian dari kecenderungan konsentrasi produksi dan kapital, juga mendorong merger antara bank dan industri. Djarum Group misalnya tidak hanya berkutat dengan industri rokok tetapi juga bergerak dalam perbankan dengan kepemilikan bank BCAnya. Inilah yang disebut sebagai era kapital finans. Hari ini, kapitalis yang mendominasi adalah kapitalis yang bergerak di dalam sektor finans (atau kapitalis finans), dari perbankan sampai grup-grup investasi. Kapitalis industrialis -- yakni kapitalis yang murni bergerak di dalam sektor industri -- ada di bawah dominasi kapitalis finans yang mengontrol kapital.
Lenin menjelaskan kapital finans seperti berikut ini:
“Adalah karakteristik dari kapitalisme secara umum bahwa kepemilikan kapital terpisah dari aplikasi kapital di dalam produksi, bahwa uang kapital terpisah dari kapital industri atau produksi, dan bahwa para rentenir yang pendapatan utamanya datang dari uang kapital terpisah dari para pengusaha dan dari semua orang yang terlibat langsung dalam manajemen kapital. Imperialisme, atau dominasi kapital finans, adalah tahapan tertinggi kapitalisme dimana pemisahan ini menjadi sangat luas. Supremasi kapital finans atas semua bentuk kapital berarti dominasi kaum rentenir dan oligarki finans; ini berarti  segelintir negara-negara “yang kuat” secara finans menguasai yang lainnya.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Inilah kapitalisme hari ini, dimana para pemilik modal yang sesungguhnya sudah terpisah sepenuhnya dari proses produksi itu sendiri. Mereka hanya meminjamkan uang dan melakukan investasi. Sementara para pemilik pabrik -- orang-orang yang secara langsung menjalankan proses produksi tersebut, atau kapitalis industrialis -- sesungguhnya tidak punya kapital sendiri. Mereka mengandalkan kapital dari kaum kapitalis finans dan oleh karenanya terdominasi. Hari ini, bank-bank dan grup-grup investor adalah yang berkuasa atas semua kapitalis, industri atau komersial, dari yang kecil sampai raksasa. Penelitian Profesor Vitali menunjukkan ada 147 korporasi multi-nasional yang mengontrol 40 persen ekonomi dunia. Tabel di bawah mendaftar 10 korporasi terbesar tersebut, dan semua adalah bank dan institusi finansial:
10 Korporasi Terbesar dan Terpenting di Dunia
Rank
Nama
Asal
Aset yang dikelola (dolar AS)
1
Barclays PLC
Inggris
2,3 trilyun

2
Capital Group Companies
AS
1 trilyun

3
FMR Corp
AS
1,5 trilyun
4
AXA
Prancis
1,4 trilyun
5
State Street Corporation
AS
2,2 trilyun
6
JPMorgan Chase & Co
AS
2,3 triltun
7
Legal & General Group PLC
Inggris
590 miliar
8
Vanguard Group
AS
1.7 trilyun
9
USB AG
Swiss
1,4 trilyun
10
Merrill Lynch & Co.
AS
2,2 trilyun
Kapital yang ada di bawah kendali tiap-tiap institusi finansial raksasa ini jauh melebihi GDP (total output produksi) mayoritas negara-negara di dunia. Bandingkan dengan Indonesia yang punya GDP 840 juta dolar AS, secara kasar kita dapat mengukur kekuatan ekonomi dari kapital finans.
Jaringan investasi mereka juga sangat luas. Tabel di bawah akan memberikan ilustrasi singkat akan kompleksnya kepemilikan beberapa perusahaan besar AS yang kita kenal sehari-hari:
Kepemilikan Saham Perusahaan-Perusahaan AS
Kapital Finans
Apple
Microsoft
Coca Cola
Nike
Exxon
Google
Barclays PLC (Inggris)
X
X
X
X
X
X
FMR Corp
X
X
X
X
X
X
AXA
X
X


X

State Street Corporation
X
X

X
X
X
JPMorgan Chase & Co
X
X
X

X
X
Vanguard Group
X
X
X
X
X
X
Goldman Sachs
X


X

X
Morgan Stanley

X
X



Deutsche Bank (Jerman)
X
X
X

X

Dari tabel yang ringkas di atas kita bisa melihat bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan besar ini, yang bergelut di berbagai bidang dari komputer, minuman, sepatu, sampai tambang minyak, ada di tangan institusi-institusi finansial. Bukan hanya satu dua, tapi banyak institusi finansial. Inilah gambaran kapitalisme hari ini, yang didominasi oleh kapital finans.
Sampai di sini, kita telah saksikan bagaimana kapitalisme telah berkembang ke tahapan tertingginya: monopoli dan kapital finans. Selanjutnya kita akan kupas karakter lainnya, yakni ekspor kapital.

About Dodoy Kudeter

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply