Usaha sia-sia menanggulangi monopoli
Monopoli hari ini telah menjadi
sebuah kenyataan yang tak terbantahkan dan diakui oleh semua ekonom besar
borjuis. Mereka-mereka yang mengatakan sebaliknya adalah seorang penipu atau
seorang dungu. Akan tetapi, para kapitalis tidak dapat mengakui dengan terus
terang kalau persaingan bebas -- yang merupakan pilar dari kapitalisme -- sudah
bertekuk lutut di hadapan monopoli. Konsep persaingan bebas bukan hanya pilar
ekonomi kapitalisme tetapi juga pilar ideologinya, yakni bahwa dengan saling
berkompetisi tiap-tiap manusia akan menjadi semakin lebih baik. Setiap orang
yang berusaha dan bekerja keras akan punya kesempatan untuk berhasil dan
menjadi pemenang. Manusia yang individualis, yang berdiri untuk kepentingan dirinya
sendiri, yang terus bersaing dengan sesamanya dengan bebas, inilah manusia yang
sempurna dalam ideologi kapitalisme. Sosialisme, di lain pihak, dianggap
sebagai sesuatu yang bertentangan dengan karakter alami manusia yang
individualis dan ingin terus bersaing bebas. Sosialisme, yang menyediakan
program-program sosial dan memastikan semua orang dapat bekerja dengan gaji
yang layak, akan mematikan karakter manusia untuk terus memperbaiki dirinya dan
membuat manusia menjadi malas, bodoh, dan terbelakang. Hanya dengan persaingan
bebas maka umat manusia dapat menjadi lebih baik.
Oleh karenanya mengakui dominasi
monopoli berarti mengakui bahwa kapitalisme hari ini sudah tidak ada nilai
progresifnya lagi. Ternyata apa yang disebut karakter alami manusia untuk bersaing
bebas tidak bisa menghentikan laju kapitalisme menuju monopoli, yang pada
gilirannya berarti bahwa tidak ada yang namanya itu karakter alami manusia
untuk menjadi makhluk yang individualis dan saling bersaing seperti binatang
liar. Pada kenyataannya, tidak ada yang namanya karakter alami manusia.
Kesadaran manusia ditentukan oleh keberadaan sosialnya, oleh mode produksi
dominan yang ada.
Oleh karenanya, tidak jarang kita
temui sejumlah kapititalis -- lewat ideolog mereka -- yang mengeluh mengenai monopoli.
Mereka berusaha mengimplementasikan berbagai undang-undang anti-monopoli dan
berharap dapat kembali ke masa muda kapitalisme dimana tiap-tiap kapitalis
punya kesempatan yang sama dalam persaingan bebas. Akan tetapi, harapan dari
jutaan kapitalis kecil ini hanyalah mimpi belaka. Mereka tidak bisa memutar
balik roda sejarah. Bahkan pada kenyataannya, para kapitalis kecil ini berharap
kalau mereka sendirilah yang menjadi monopoli besar. Mereka hanya kecewa tidak
ada lagi kesempatan bagi mereka untuk menjadi monopoli besar.
Pemikiran kaum kaum borjuis kecil
ini juga merasuki pemikiran-pemikiran Kiri. Sejumlah kaum Kiri borjuis-kecil
berpikir kalau masalah utama di dalam kapitalisme adalah para korporasi raksasa
ini. Lantas kritik mereka terhadap kapitalisme hanya terbatas pada korporasi
raksasa, tetapi tidak pada sistem kapitalisme itu sendiri. Melihat
kejahatan-kejahatan besar yang dilakukan oleh korporasi-korporasi raksasa,
mereka lantas mengagung-agungkan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, atau
UKM. Perusahaan-perusahaan kecil-dan-menengah milik keluarga jadi model
kapitalisme yang humanis dan baik hati. Segala yang raksasa dan modal asing
adalah sumber dari kejahatan kapitalisme itu, sehingga perspektifnya adalah
kembali ke periode awal kapitalisme dimana tidak ada dominasi korporasi raksasa
dan modal asing.
Akan tetapi roda sejarah tidak bisa
diputar kembali. Ada alasan mengapa di bawah kapitalisme akhirnya monopolilah
yang mendominasi. Ini karena ekonomi-skala-besar secara umum lebih efisien dan
produktif dibandingkan ekonomi-skala-kecil. Tidak mungkin pedagang-pedagang
kecil dapat membangun gedung-gedung besar, membangun dam raksasa, pesawat
terbang, kapal tanker, produksi massal komputer dan barang-barang elektronik,
dll. Semua ini membutuhkan konsentrasi produksi dan kapital. Ingin memutar roda
sejarah kembali berarti ingin mencampakkan semua pencapaian umat manusia dan
mengembalikan peradaban kita ke 200 tahun yang lalu. Kita harus melihat ke
depan dan bukan ke belakang, bahwa justru konsentrasi produksi dan kapital ini
harus direnggut dari segelintir pemiliknya dan diserahkan kepada rakyat
pekerja. Kita akan kupas lebih lanjut solusi terhadap kapitalisme monopoli di
bagian selanjutnya. Untuk sementara, mari kita lanjutkan diskusi kita mengenai
imperialisme.
Bank dan Kapital Finans
“Monopoli! Ini adalah kata terakhir
di dalam ‘tahapan tertinggi perkembangan kapitalisme’. Tetapi pemahaman kita
akan kekuatan dan signifikansi monopoli moderen yang sesungguhnya tidak akan
lengkap dan memadai kalau kita tidak mempertimbangkan peran yang dimainkan oleh
bank-bank.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Bank memainkan peran yang penting di
dalam kapitalisme monopoli hari ini. Seperti halnya kapitalisme yang telah
berubah, peran bank juga telah berubah. Awalnya peran utama bank adalah sebagai
penengah dalam transaksi pembayaran. Ia adalah tempat penyimpanan uang (dari
kapitalis sendiri dan juga dari rakyat pekerja), dan dari uang yang tersimpan
ini bank lalu dapat memberikan pinjaman kepada kapitalis yang membutuhkan
modal. Peran awal bank adalah sebagai penengah dalam sirkulasi kapital.
Telah kita tunjukkan di atas bahwa
kecenderungan kapitalisme adalah menuju konsentrasi kapital dan produksi,
menuju monopoli. Ini terjadi juga di dalam industri perbankan, dimana bank-bank
kecil tergerus dan tersisa segelintir bank-bank raksasa yang mendominasi.
Bank-bank kecil yang masih ada pun tidak berdiri secara mandiri, tetapi menjadi
semacam “cabang” dari bank-bank besar; seperti halnya banyak perusahaan-perusahaan
kecil yang sebenarnya ada di bawah dominasi monopoli raksasa lewat berbagai
cara: kepemilikan saham, kontrol suplai dan produksi, kredit, dll.
Dengan semakin terkonsentrasikannya
perbankan, maka semakin krusial peran bank di dalam kapitalisme monopoli.
Jumlah uang yang masuk ke tiap-tiap bank semakin besar karena hanya ada
beberapa bank raksasa. Uang yang masuk bukan hanya dari korporasi besar saja,
tetapi dari semua kapitalis – besar atau kecil – dan rakyat pekerja. Lewat
segelintir bank ini, mayoritas kapital dari berbagai industri bergerak keluar
masuk. Sebagai “penjaga pintu kapital”, bank memperoleh kendali bagaimana
mendistribusikan kapital ini. Ia menentukan industri atau perusahaan mana yang
akan mendapatkan kredit modal, dengan syarat-syarat apa saja.
Di sini kita bisa menyaksikan
perubahaan kuantitas menjadi kualitas. Ketika bank masih kecil dan hanya
memberikan pinjaman kredit kepada beberapa kapitalis, ia hanya melakukan fungsi
yang murni teknis dan sekunder. Ketika ia menjadi besar dan bertanggungjawab
memberikan kredit pada ribuan bahkan ratusan ribu kapitalis dari berbagai
sektor -- dari korporasi raksasa sampai pengusaha menengah dan kecil -- maka
segelintir bank monopoli ini menundukkan semua operasi ekonomi, komersial dan
industrial, di bawah kehendaknya. Ini mereka lakukan dengan berbagai cara, yang
dimungkinkan karena koneksi finansial mereka yang merambah seluruh industri,
kontrol mereka dalam memberikan kredit, dan operasi-operasi finansial lainnya.
Mereka dapat “dengan rinci menentukan posisi finansial dari berbagai
kapitalis, dan kemudian mengontrol mereka, mempengaruhi mereka dengan
mempersempit atau memperluas, memberikan atau menghentikan kredit, dan akhirnya
sepenuhnya menentukan nasib mereka, menentukan pendapatan mereka,
mengeringkan kapital mereka, atau mengijinkan mereka untuk meningkatkan kapital
mereka dengan cepat dan besar, dsbnya.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi
Kapitalisme)
Dengan ini, maka bank hari ini bukan
lagi hanya penengah tetapi menjadi pengontrol distribusi kapital utama, atau
lebih tepatnya pengontrol distribusi alat-alat produksi. Kalau dulunya bank
hanya seperti koperasi simpan pinjam, hari ini ia telah menjadi investor besar
yang menentukan jalannya ekonomi kapitalisme.
Pembentukan konglomerat seperti yang
telah kita jelaskan di atas, sebagai bagian dari kecenderungan konsentrasi
produksi dan kapital, juga mendorong merger antara bank dan industri. Djarum
Group misalnya tidak hanya berkutat dengan industri rokok tetapi juga bergerak
dalam perbankan dengan kepemilikan bank BCAnya. Inilah yang disebut sebagai era
kapital finans. Hari ini, kapitalis yang mendominasi adalah kapitalis yang
bergerak di dalam sektor finans (atau kapitalis finans), dari perbankan sampai
grup-grup investasi. Kapitalis industrialis -- yakni kapitalis yang murni
bergerak di dalam sektor industri -- ada di bawah dominasi kapitalis finans
yang mengontrol kapital.
Lenin menjelaskan kapital finans
seperti berikut ini:
“Adalah karakteristik dari
kapitalisme secara umum bahwa kepemilikan kapital terpisah dari aplikasi
kapital di dalam produksi, bahwa uang kapital terpisah dari kapital industri
atau produksi, dan bahwa para rentenir yang pendapatan utamanya datang dari
uang kapital terpisah dari para pengusaha dan dari semua orang yang terlibat
langsung dalam manajemen kapital. Imperialisme, atau dominasi kapital finans,
adalah tahapan tertinggi kapitalisme dimana pemisahan ini menjadi sangat luas.
Supremasi kapital finans atas semua bentuk kapital berarti dominasi kaum rentenir
dan oligarki finans; ini berarti segelintir negara-negara “yang kuat”
secara finans menguasai yang lainnya.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi
Kapitalisme)
Inilah kapitalisme hari ini, dimana
para pemilik modal yang sesungguhnya sudah terpisah sepenuhnya dari proses
produksi itu sendiri. Mereka hanya meminjamkan uang dan melakukan investasi.
Sementara para pemilik pabrik -- orang-orang yang secara langsung menjalankan
proses produksi tersebut, atau kapitalis industrialis -- sesungguhnya tidak
punya kapital sendiri. Mereka mengandalkan kapital dari kaum kapitalis finans
dan oleh karenanya terdominasi. Hari ini, bank-bank dan grup-grup investor
adalah yang berkuasa atas semua kapitalis, industri atau komersial, dari yang
kecil sampai raksasa. Penelitian Profesor Vitali menunjukkan ada 147 korporasi
multi-nasional yang mengontrol 40 persen ekonomi dunia. Tabel di bawah
mendaftar 10 korporasi terbesar tersebut, dan semua adalah bank dan institusi
finansial:
10 Korporasi Terbesar dan Terpenting
di Dunia
Rank
|
Nama
|
Asal
|
Aset yang dikelola (dolar AS)
|
1
|
Barclays PLC
|
Inggris
|
2,3 trilyun
|
2
|
Capital Group Companies
|
AS
|
1 trilyun
|
3
|
FMR Corp
|
AS
|
1,5 trilyun
|
4
|
AXA
|
Prancis
|
1,4 trilyun
|
5
|
State Street Corporation
|
AS
|
2,2 trilyun
|
6
|
JPMorgan Chase & Co
|
AS
|
2,3 triltun
|
7
|
Legal & General Group PLC
|
Inggris
|
590 miliar
|
8
|
Vanguard Group
|
AS
|
1.7 trilyun
|
9
|
USB AG
|
Swiss
|
1,4 trilyun
|
10
|
Merrill Lynch & Co.
|
AS
|
2,2 trilyun
|
Kapital yang ada di bawah kendali
tiap-tiap institusi finansial raksasa ini jauh melebihi GDP (total output
produksi) mayoritas negara-negara di dunia. Bandingkan dengan Indonesia yang
punya GDP 840 juta dolar AS, secara kasar kita dapat mengukur kekuatan ekonomi
dari kapital finans.
Jaringan investasi mereka juga
sangat luas. Tabel di bawah akan memberikan ilustrasi singkat akan kompleksnya
kepemilikan beberapa perusahaan besar AS yang kita kenal sehari-hari:
Kepemilikan Saham
Perusahaan-Perusahaan AS
Kapital Finans
|
Apple
|
Microsoft
|
Coca Cola
|
Nike
|
Exxon
|
Google
|
Barclays PLC (Inggris)
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
FMR Corp
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
AXA
|
X
|
X
|
X
|
|||
State Street Corporation
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
JPMorgan Chase & Co
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
Vanguard Group
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Goldman Sachs
|
X
|
X
|
X
|
|||
Morgan Stanley
|
X
|
X
|
||||
Deutsche Bank (Jerman)
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Dari tabel yang ringkas di atas kita
bisa melihat bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan besar ini, yang bergelut
di berbagai bidang dari komputer, minuman, sepatu, sampai tambang minyak, ada
di tangan institusi-institusi finansial. Bukan hanya satu dua, tapi banyak
institusi finansial. Inilah gambaran kapitalisme hari ini, yang didominasi oleh
kapital finans.
Sampai di sini, kita telah saksikan
bagaimana kapitalisme telah berkembang ke tahapan tertingginya: monopoli dan
kapital finans. Selanjutnya kita akan kupas karakter lainnya, yakni ekspor
kapital.
No comments: