Beberapa bulan terakhir ini ramai dibicarakan kembali tetang kisruhnya KPK –
POLRI terkait kasus korupsi Simulator penguji SIM yang melibatkan
pejabat-pejabat di POLRI. Rakyat ramai meyuarakan dukungan terhadap KPK
baik secara aktif berorasi turun ke lapangan, ikut nonton orasi
dilapangan, ikut manggut-manggut di lapangan, berorasi di media sosial,
baik sekedar cuap-cuap, ngomel-ngomel, atau menggati foto profil mereka
dengan tulisan “Save KPK”. Pokoknya sesuai dengan prinsip pemuda-pemudi
yang aktif dan peduli dengan negara, mereka berteriak mendukung KPK.
Mengapa rakyat begitu dengan KPK? Mungkin berikut alasannya:
KPK adalah lembaga independen
KPK tidak berada dibawah kekuasaan manapun, bahkan seorang Presiden. Siapa saja bisa menjadi ketuanya, asal qualified.
Oleh karena itu KPK terasa amat merakyat. KPK berhak menyidik siapa pun
yang diduga terlibat kasus korupsi, walau dalam prakteknya banyak
hambatan. Namun walau begitu KPK berhasil menjaring nama-nama besar
besar. Tapi beberapa kasus dengan nama besar lainnya masih kabur… Yah,
tapi sepertinya rakyat tetap percaya KPK.
Rakyat yang membenci korupsi
Lihat kesenjangan antara si miskin dan si kaya. Sebagian orang percaya itu adalah gap
yang dihasilkan oleh praktek korupsi di lembaga-lembaga tertentu.
Sebagian orang menganggap itu sudah kodrat masing-masing. Walau begitu,
hal itu bisa di minimalisir jika hak-hak rakyat miskin bisa tepat
sasaran jika tidak dikorupsi. Itu lah hal yang dibenci rakyat miskin dan
beberapa orang yang bermental miskin. Karena Indonesia didominasi
orang-orang miskin (jangan lihat orang-orang kota!) maka Rakyat
Indonesia membenci korupsi.
Track Record KPK yang menyenangkan
Meski baru berdiri sejak 2003, rekam jejak KPK dinilai cukup positif
bagi rakyat. Keberanian KPK untuk meringkus nama-nama tanpa mempedulikan
jabatan membuat rakyat cukup puas. Bayangkan saja bagaimana KPK berani
memprodeokan seorang Jaksa, atau bahkan istri mantan Jendral
Polri. Seperti salto kebelakang, walaupun mudah tapi tidak semua pihak
bisa melakukan itu. Thumbs Up layak diberikan. Dan Hal-hal ini yang
menyebabkan beberapa pihak was-was. Termasuk yang berekening gendut,
para bapak-bapak buncit.
Krisis kepercayaan kepada POLRI
Tanpa mengurangi rasa hormat bagi para keluarga Polisi, tapi ini
adalah kenyataan. Walaupun ada polisi-polisi yang bersih, namun tidakan
para oknum dilapangan mencoreng lembaga ini. Contoh kecil adalah
banyaknya pungli oleh para oknum Polantas, belum lagi keberpihakannya
kepada yang bermodal besar di beberapan kasus. Namun, tidak semua
anggota seperti itu. Itu hanya oknum. Oknum yang memberikan noda
setitik, lalu menyeruak mengotori gelas.
Kostum personil KPK yang lebih keren!
Berjas hitam dengan kemeja putih lebih terlihat elegan ketimbang baju
pramuka. Sambil berteriak-teriak dan sedikit berewokan, itu terlihat
keren bagi sebagian orang. That’s all, nuff said.
Sekiranya itu hal-hal yang membuat pamor lembaga yang terhitung muda
ini bagus, namun siapa yang benar dan salah biar masing-masing menilai.
Karena susah untuk melihat kebenaran dari banyak perspektif. Yang gelap
melihat gelap, yang terang melihat terang. Namun kebenaran absolut itu
tetap ada, ialah kebenaran intersubjektivitas.
No comments: